Berita

David Satterfield, Duta Besar AS untuk Turki/Net

Dunia

Abaikan Utang Sejak Tahun Lalu, AS Marah Ingatkan Turki Atas Kewajibannya Membayar 2,3 Miliar Dolar

JUMAT, 25 SEPTEMBER 2020 | 15:55 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Amerika Serikat mengatakan Turki berutang 2,3 miliar dolar AS kepada perusahaan farmasi Amerika dan harus membayar utang itu.

David Satterfield, Duta Besar AS untuk Ankara, mengatakan bahwa perusahaan medis internasional milik AS sedang berjuang untuk mengklaim utang sekitar 2,3 miliar dolar AS.

Duta Besar Satterfield mengatakan bahwa tidak terbayarnya pinjaman kepada perusahaan farmasi dan peralatan medis dari AS dan tempat lain menjadi masalah yang signifikan dalam hubungan perdagangan negara.

“Perusahaan akan mempertimbangkan untuk meninggalkan pasar Turki atau akan mengurangi eksposur mereka ke pasar Turki,” kata Satterfield, mengutip kantor berita BIRN, Jumat (25/9).

Utang meningkat secara signifikan selama tahun lalu di tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung. Menurut laporan, pemerintah Turki tidak dapat membayar kembali uang tersebut tetapi mereka meminta diskon sekitar 20 hingga 30 persen karena kenaikan nilai tukar dolar ke lira.

Nilai lira Turki turun lebih dari 30 persen terhadap dolar AS pada tahun 2020.

"Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan menantunya, Menteri Keuangan dan Keuangan Berat Albayrak, berjanji untuk segera melunasi utangnya yang terlambat setahun yang lalu, tetapi Ankara tidak melakukannya. Itu menambah kewajibannya untuk membayar kembali hutangnya sebesar 2,3 miliar dolar AS," kata Satterfield, seperti dikutip dari Reuters.

Pemerintah Turki sedang berusaha untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat untuk membantu mendiversifikasi ekspornya dan meningkatkan perdagangan bilateral menjadi 100 miliar dolar AS dari 21 miliar doar AS pada tahun lalu, tetapi hubungan antara kedua negara telah tegang dalam beberapa tahun terakhir setelah Ankara membeli rudal pertahanan udara S-400 dari Rusia, dan menolak untuk melepaskan seorang pendeta Amerika pada tahun 2018.

Defisit anggaran Turki telah melebar secara signifikan selama dua tahun terakhir, seiring krisis mata uang pada 2018 yang diikuti oleh wabah virus corona pada Maret tahun ini. Pemerintah juga didera kewajiban untuk mengerahkan dana bantuan untuk rakyat yang terdampak pandemi dan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Lira Turki diperdagangkan pada rekor terendah terhadap dolar, semakin menekan keuangan pemerintah. Turki di masa lalu telah berusaha untuk menegosiasikan kembali harga obat-obatan untuk mengurangi pengeluaran kesehatan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Tim 7 Jokowi Sedekah 1.000 Susu dan Makan Gratis

Selasa, 30 April 2024 | 20:00

Jajaki Alutsista Canggih, KSAL Kunjungi Industri Pertahanan China

Selasa, 30 April 2024 | 19:53

Fahri Minta Pembawa Nama Umat yang Tolak 02 Segera Introspeksi

Selasa, 30 April 2024 | 19:45

Kemhan RI akan Serap Teknologi dari India

Selasa, 30 April 2024 | 19:31

Mantan Gubernur BI Apresiasi Program Makan Siang Gratis

Selasa, 30 April 2024 | 19:22

Anies Bantah Bakal Bikin Parpol

Selasa, 30 April 2024 | 19:07

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Penguatan Ekonomi Perdagangan

Selasa, 30 April 2024 | 18:44

Dandim Pinrang Raih Juara 2 Lomba Karya Jurnalistik yang Digelar Mabesad

Selasa, 30 April 2024 | 18:43

Raja Charles III Lanjutkan Tugas Kerajaan Sambil Berjuang Melawan Kanker

Selasa, 30 April 2024 | 18:33

Kemhan India dan Indonesia Gelar Pameran Industri Pertahanan

Selasa, 30 April 2024 | 18:31

Selengkapnya