Berita

Purnawirawan TNI, Kolonel Sugengwaras/Net

Hukum

Analisa Purnawirawan TNI: Ada Kesamaan Karakter Penanganan Kasus Syekh Ali Dan Wiranto Yang Memicu Kegaduhan

SELASA, 15 SEPTEMBER 2020 | 16:52 WIB | LAPORAN: IDHAM ANHARI

Ada kesan penghakiman yang tendensius dalam penanganan hukum kasus penusukan ulama Syekh Ali Jaber.

Bahkan menurut purnawirawan TNI, Kolonel Sugengwaras, indikasi serupa juga terjadi dalam penanganan kasus penusukan yang dialami mantan Menkopolhukam, Wiranto pada tahun 2019 silam.

“Dulu, dalam kasus penusukan Wiranto, dengan cepat menyimpulkan dilakukan oleh teroris. Kini dalam kasus Syech Ali Jaber serta merta pelakunya gila," kata Sugengwaras kepada redaksi, Selasa (15/9).

Dalam kasus penusukan Syekh Ali Jaber, aparat kepolisian menduga pelaku mengalami gangguan kejiwaan. Namun ia menilai dugaan ini harus benar-benar ditelusuri.

"Ini harus kita telusuri siapa penyebut atau penggaduh pertama,” jelasnya.

Ia berujar jika narasi gangguan kejiwaan disuarakan pertama kali oleh aparat, dapat diartikan hal tersebut mengindikasikan ada tendensi keberpihakan untuk menciptakan kondisi tertentu yang mengarah kepada tujuan tertentu.

“Namun jika ini disuarakan pertama oleh bukan aparat, bisa jadi ada motif tertentu atau karena tidak mengerti,” jelas Sugeng.

Pasalnya, kata Sugeng, siapa pun dan dari mana pun awal penyebutan itu, akan membuat publik berasumsi. “Asumsi inilah yang berbahaya karena dapat menggiring ke arah tujuan dan tuduhan tertentu,” urainya.

Sugeng memberi contoh, asumsi dalam kedua kasus penikaman Wiranto dan Syech Ali Jaber bisa diperlebar dan dipertajam menjadi kasus pro kontra terhadap rezim sekarang, yang mengkristal kepada Jokowi dan Islam.

“Maka ini menjadi PR (pekerjaan rumah) kepolisian sebagai yang berperan penyelidikan dan penyidikan terhadap suatu kasus, agar tafsir tidak bias yang dapat mengarah kepada tujuan tertentu, bahkan kegaduhan atau kekacauan sosial,” Sugeng mengingatkan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Timnas Amin Siang Ini Dibubarkan

Selasa, 30 April 2024 | 09:59

Perbuatan Nurul Ghufron Dinilai Tidak Melanggar Etik

Selasa, 30 April 2024 | 09:57

Parpol Ramai-ramai Gabung Koalisi Prabowo Jadi Alarm Matinya Oposisi

Selasa, 30 April 2024 | 09:55

PKS Oposisi atau Koalisi Tunggu Keputusan Majelis Syuro

Selasa, 30 April 2024 | 09:46

Anggaran Sudah Disetujui, DPRD DKI Tunggu Realisasi RDF Skala Perkotaan

Selasa, 30 April 2024 | 09:36

Beli Sabu, Oknum Polisi Tulungagung Ditangkap

Selasa, 30 April 2024 | 09:31

MPR akan Bangun Komunikasi Politik dengan Jokowi hingga Hamzah Haz Jelang Transisi

Selasa, 30 April 2024 | 09:27

Jakarta Hari Ini Cenderung Cerah Berawan

Selasa, 30 April 2024 | 09:19

Perahu Rombongan Kader PMII Terbalik, Satu Meninggal

Selasa, 30 April 2024 | 09:06

2 Mei, Penentu Lolos Tidaknya Garuda Muda ke Olimpiade Paris

Selasa, 30 April 2024 | 08:48

Selengkapnya