Berita

Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat, Syahrial Nasution/Net

Politik

Saran Demokrat: Copot Menteri Biang Kerok, Dan Jokowi Ambil Alih Penanganan Corona

KAMIS, 10 SEPTEMBER 2020 | 12:28 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Presiden Joko Widodo harusnya jujur mengakui bahwa manajemen penanggulangan pandemik Covid-19 di Indonesia sangat buruk.

Karena itu, sudah selayaknya para pembantu presiden yang menjadi penghalang dalam menangani Covid-19 di tanah air segera direshuflle.

Mengingat, wabah corona yang semakin mengkhawatirkan dan ini mengancam keselamatan rakyat Indonesia.

Begitu disampaikan Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat, Syahrial Nasution dalam cuitan di akun Twitter pribadinya beberapa saat lalu, Kamis (10/9).

"Akui saja, manajemen pemerintahan terhadap wabah Covid-19 buruk. Pak @jokowi kan jadi presiden lewat proses pemilu. Sedangkan menteri-menteri itu pembantu yang diangkat," kata dia.

Atas dasar itu, Syahral Nasution menyarankan para menteri penghambat penanganan Covid-19 di Indonesia harus dicopot alias direshuflle. Sehingga penanganan pandemik Covid-19 bisa langsung di bawah komando sang presiden.  

"Supaya tidak jadi beban negara, segeralah copot para biang kerok pemecah belah rakyat. Fokus hadapi corona langsung di bawah komando Presiden," demikian Syahrial Nasution.

Terbaru soal peneganan corona, Pemprov DKI Jakarta menarik rem darurat dengan menerapkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara total di ibukota.

Kebijakan ini diambil lantaran angka kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan dan banyak bermunculan klaster-klaster baru hingga ada klaster perkantoran.

Kebijakan yang diteken Gubernur Anies Baswedan ini mendapatkan sambutan positif dari beberapa kalangan masyarakat. Meskipun, ada juga yang mengkritik kebijakan tersebut.

Rencana pemberlakuan kembali PSBB oleh Gubernur DKI Anies Baswedan tidak lepas dari peningkatan kasus dan angka kematian pasien di ibukota.

Berdasarkan data Pemprov DKI, jumlah kematian pasien Covid-19 di Jakarta mencapai 1.317 dari total 49.837 pasien per 9 September.

Namun, tingkat kematian atau case fatality rate di Jakarta (2,7 persen) masih di bawah angka nasional (4,1 persen) dan global (3,3 persen). Tapi secara absolut jumlahnya terus bertambah dengan cepat.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya