Berita

Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny/Net

Dunia

Hasil Penyelidikan Jerman: Oposisi Rusia Alexei Navalny Diracun Zat Kimia Novichok

KAMIS, 03 SEPTEMBER 2020 | 06:41 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah Jerman mengatakan tes yang dilakukan pada sampel yang diambil dari pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, menunjukkan adanya racun  saraf yang populer pada era Soviet, Novichok.

Pengkritik paling keras Presiden Rusia Vladimir Putin ini diterbangkan ke Berlin untuk perawatan setelah jatuh sakit selama penerbangan di wilayah Siberia Rusia bulan lalu. Rumah Sakit Charite Berlin, yang merawat Alexei Navalny, mengatakan dia masih dalam kondisi serius dalam perawatan intensif.

Juru bicara Kanselir Angela Merkel, Steffen Seibert mengatakan bahwa pengujian oleh laboratorium militer Jerman khusus telah menunjukkan bukti agen saraf kimia dari kelompok Novichok.

Pemerintah Jerman akan menginformasikan mitranya di Uni Eropa dan NATO tentang hasil tes tersebut, menurutnya, dan akan berkonsultasi dengan mitranya sehubungan dengan tanggapan Rusia.

Sebelumnya, orang dekat Navalny di Rusia bersikeras bahwa dia sengaja diracun oleh otoritas negara, sebuah tuduhan yang ditolak Kremlin dan disebut sebagai omong kosong.

Para dokter Rusia yang merawat Navalny di Siberia telah berulang kali membantah kesimpulan rumah sakit Jerman tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka telah mengesampingkan keracunan sebagai diagnosis dan bahwa tes mereka untuk zat beracun ternyata negatif.

Novichok, agen saraf era Soviet pernah digunakan untuk meracuni mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya di Inggris. Racun ini adalah penghambat kolinesterase, bagian dari kelas zat yang awalnya diidentifikasi oleh dokter di RS Charite kepada Navalny.

Dikutip dari BBC, kata Novichok diambil dari bahasa Rusia yang berarti 'baru'. Namun arti kata nama itu tak berkaitan dengan status kapan racun itu diciptakan, karena Novichok adalah nama suatu keluarga senyawa kimia yang telah dikembangkan pada dekade 1970 hingga 1980an oleh para pakar kimia Uni Soviet.

Mereka dikenal sebagai senjata kimia generasi keempat dan dikembangkan dengan nama sandi Foliant. Keberadaan Novichok diungkapkan oleh ahli kimia Vil Mirzayanov pada 1990-an, melalui media Rusia. Dia kemudian membelot ke AS, di mana dia menerbitkan rumus kimia dalam bukunya, State Secrets.

Pada 1999, pejabat pertahanan dari AS melakukan perjalanan ke Uzbekistan untuk membantu membongkar dan mendekontaminasi salah satu fasilitas pengujian senjata kimia terbesar bekas Uni Soviet tersebut.

Menurut Dr Mirzayanov, Soviet menggunakan pabrik itu untuk memproduksi dan menguji sejumlah kecil Novichok. Agen saraf ini dirancang untuk menghindari deteksi oleh inspektur internasional.

Beberapa varian Novichok dianggap lima hingga delapan kali lebih beracun daripada agen saraf VX.

"Ini adalah agen yang lebih berbahaya dan canggih daripada sarin atau VX dan lebih sulit untuk diidentifikasi," kata Profesor Gary Stephens, ahli farmakologi di University of Reading, seperti dikutip dari BBC.

Agen VX adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh saudara tiri Kim Jong-un pada tahun 2017, menurut AS.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Terobosan Baru, Jaringan 6G Punya Kecepatan hingga 100 Gbps

Selasa, 07 Mei 2024 | 12:05

172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah Serentak Gelar Aksi Bela Palestina Kutuk Israel

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:54

Usai Terapkan Aturan Baru, Barang Kiriman TKI yang Tertahan di Bea Cukai Bisa Diambil

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:37

MK Dalami Pemecatan 13 Panitia Pemilihan Distrik di Puncak Papua ke Bawaslu dan KPU

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:29

Tentara AS dan Pacarnya Ditahan Otoritas Rusia

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:18

Kuasa Pemohon dan Terkait Sama, Hakim Arsul: Derbi PHPU Seperti MU dan City

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:11

Duet PDIP-PSI Bisa Saja Usung Tri Risma-Grace Natalie di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:56

Bea Cukai Bantah Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:37

Pansel Belum Terbentuk, Yenti: Niat Memperkuat KPK Gak Sih?

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:35

Polri: Gembong Narkoba Fredy Pratama Kehabisan Modal

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:08

Selengkapnya