Berita

Presiden China, Xi Jinping/Net

Dunia

Xi Jinping Ingin Tanam Benih Cinta China, Apakah Tibet Akan Jadi Xinjiang Kedua?

MINGGU, 30 AGUSTUS 2020 | 10:07 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Presiden China, Xi Jinping mulai mengindikasikan langkah terbaru untuk menjaga stabilitas di Tibet guna membangun benteng yang tak tertembus.

Kepada para pemimpin Partai Komunis China pada Sabtu (29/8), Xi membahas pemerintahan masa depan Tibet. Ia memuji para pejabat garis depan namun juga mengatakan Beijing melakukan banyak upaya untuk memperkaya, meremajakan, dan memperkuat persatuan di wilayah tersebut.

"Pendidikan politik dan ideologi perlu diperkuat di sekolah-sekolah Tibet untuk menanam benih cinta China di lubuk hati setiap pemuda," ujar Xi seperti yang dilaporkan Xinhua.

"Buddhisme Tibet juga perlu beradaptasi dengan sosialisme dan kondisi China," tambahnya.

Lebih lanjut, ia berjanji untuk menciptakan Tibet yang bersatu, makmur, beradab, harmonis, indah, modern, dan sosialis.

Namun untuk mencapai visi tersebut, Partai Komunis China harus memperkuat perannya di wilayah tersebut dan lebih mengintegrasikan kelompok etnisnya.

China sendiri sudah menguasai Tibel pada 1950 dengan apa yang digambarkan sebagai "pembebasan damai" yang membantu wilayah Himalaya yang terpencil tersebut membuang masa lalu feodalis.

Namun para kritikus yang dipimpin oleh pemimpin spiritual yang diasingkan, Dalai Lama, mengatakan upaya China tersebut sama dengan "genosida budaya".

Kebijakan China terhadap Tibet kembali menjadi sorotan di tangah memburuknya hubungan antara Beijing dan Washington.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada Juli mengatakan Washington akan membatasi visa untuk beberapa pejabat China yang terlibat dalam memblokir akses diplomatik ke Tibet dan terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia.

Pompeo juga menambahkan, Washington mendukung otonomi untuk Tibet.

Sementara itu, Xinjiang yang menjadi rumah bagi minoritas muslim Uighur juga tengah disorot dengan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Beijing.

Pejabat pemerintahan mengatakan, pihaknya berusaha untuk menanamkan ideologi cinta China dan memberikan pelatihan kejuruan di kamp-kamp.

Namun para aktivis menyebut, kamp-kamp tersebut digunakan untuk mencuci otak, melakukan kekerasan, hingga genosida terhadap muslim Uighur.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya