Berita

Persiapan penyemaian garam di langit Sumatera Selatan/Net

Nusantara

Potensi Awan Kumulonimbus Menipis, Penyemaian Garam Di Langit Sumsel Dihentikan

JUMAT, 28 AGUSTUS 2020 | 21:48 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Proses penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan cara penyemaian garam di langit Sumatera Selatan dihentikan sementara.

Keputusan tersebut diambil Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) karena tidak adanya awan kumulonimbus sebagai bibit awan hujan.

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto mengatakan, tujuan penyemaian garam itu untuk menciptakan hujan. Namun, dalam beberapa hari belakangan ini awan kumulonimbus tidak terpantau.

“BMKG memprediksi awan kumulonimbus hanya terpantau di wilayah Muratara. Tapi sampai saat ini belum terpantau dan dalam dua hari belakangan ini pesawat untuk penyemaian juga sedang di servis,” katanya, dilansir dari Kantor Berita RMOLSumsel, Jumat (28/8).

Ferdian menambahkan, penyemaian garam yang rencananya dilakukan selama 20 hari itu dipercepat hingga selama 10 hari saja. Hal itu dilakukan karena, terpantau tidak adanya potensi awan hujan.

“Penyemaian di langit Sumsel baru kita laksanakan 10 hari, yakni pada 12-24 Agustus 2020. Karena potensi awan hujan mengecil di Sumsel,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya telah menghabiskan sebanyak 21.400 kilogram garam selama 10 hari penyemaian itu. Dari jumlah garam yang disemai itu menghasilkan hujan sekitar 142 juta meter kubik.

“Dalam dua hari ini dan barusan prediksi BMKG juga mengatakan, potensi (awan hujan) itu mengecil, dengan puncak kemarau terjadi di September,” katanya.

Menurut Ferdian, TMC sendiri merupakan salah satu cara mengatasi kekeringan saat musim kemarau tiba.

Hanya saja, penyemaian garam di udara tidak selalu berhasil. Pihaknya mengaku tidak ingin mengklaim kuasa Tuhan dalam memancing hujan buatan itu.

“Kalau pantauan dari lapangan, kondisi air memang saat ini mengering dan memang cepat berkurangnya karena tidak ada hujan lagi,” pungkasnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya