Berita

Metode pengambilan plasma darah dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh/Net

Kesehatan

AS Legalkan Penggunaan Plasma Darah Untuk Covid-19, WHO: Belum Meyakinkan

SELASA, 25 AGUSTUS 2020 | 13:29 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sudah memberikan izin penggunaan plasma darah untuk merawat pasien Covid-19. Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaku masih sangat berhati-hati dalam menggunakan metode tersebut.

Akhir pekan, Minggu (23/8), FDA sudah mengesahkan penggunaan plasma darah untuk perawatan pasien Covid-19 di tengah kritikan Presiden Donald Trump bahwa badan tersebut berusaha untuk menghalangi peluncuran vaksin virus corona.

Meski begitu, WHO pada Senin (24/8) mengaku masih sangat berhati-hati dalam mendukung metode pengobatan tersebut mengingat belum ada bukti yang cukup meyakinkan.

"Hanya beberapa uji klinis plasma telah membuahkan hasil, setidaknya bukti sejauh ini belum cukup meyakinkan untuk mendukungnya digunakan sebagai terapi eksperimental," ujar kepala ilmuan WHO, Soumya Swaminathan seperti dikutip AsiaOne.

Menurut Swaminathan, hanya terdapat bukti kecil yang menunjukkan metode plasma darah bermanfaat untuk mengobati pasien Covid-19. Sehingga masih diperlukan evaluasi lebih lanjut terkait metode tersebut.

"Saat ini, kualitas bukti masih sangat rendah," ucapnya.

Teknik plasma darah atau plasma penyembuhan sudah lama digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Metode tersebut dilakukan dengan mengambil plasma darah yang kaya akan antibodi dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh.

Plasma tersebut kemudian diberikan pada pasien yang menderita infeksi virus corona yang parah dengan harapan mereka akan sembuh lebih cepat.

Tantangan dalam plasma darah, kata Swaminathan, adalah variabilitasnya. Plasma darah diambil dari banyak orang sehingga menghasilkan produk yang kurang berstandar jika dibandingkan dengan antibodi monoklonal yang dibuat di laboratorium.

Selain itu, penasihat senior WHO, Bruce Aylward mengatakan, ada potensi risiko keamanan yang harus diperhatikan dengan seksama.

"Ada sejumlah efek samping. Mulai dari demam ringan hingga cedera paru-paru parah atau kelebihan sirkulasi. Untuk alasan itu, hasil uji klinis sangat penting," terangnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

SPS Aceh Dinobatkan sebagai SPS Provinsi Terbaik 2024

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:53

Hari Ini Nasdem Muara Enim Buka Penjaringan Balon Bupati dan Wabup

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:36

Prof Sugianto Janjikan Netralitas ASN pada Pilkada 2024 kalau Ditunjuk jadi Pj Bupati

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:14

Teriakan "Ijeck Gubernur" Menggema di Syukuran Kosgoro 1957 Sumut

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:58

Dihiasi 2 Penalti, Bayern Vs Madrid Berakhir 2-2

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:46

Dai Kondang Ustaz Das'ad Latif Masuk Daftar Kandidat Nasdem untuk Pilwalkot Makassar

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:22

Jelang Pilkada, Pj Gubernur Jabar Minta Seluruh ASN Jaga Netralitas

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:58

Ekonomi Pakistan Semakin Buruk

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:37

Kader PKB Daftar sebagai Bacabup Aceh Besar lewat Demokrat

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:29

Ngaku Punya Program Palembang Bebas Banjir, Firmansyah Hadi Daftar di PDIP

Rabu, 01 Mei 2024 | 02:31

Selengkapnya