Berita

Direktur Ekskutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto/Net

Politik

Temuan Rp 1,29 T Bidang Digital, Satyo Purwanto: Pantas Data Pemerintah Selalu Ngaco

JUMAT, 21 AGUSTUS 2020 | 15:33 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Temuan penggunaan anggaran untuk aktivitas digital yang mencapai Rp 1,29 triliun di rezim Presiden Joko Widodo perlahan membuka sebab musabab kekacauan data yang selama ini dipaparkan pemerintah.

Begitu kata Direktur Ekskutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto yang menyinggung banyaknya data pemerintah yang tidak relevan belakangan ini.

Satyo mencontohkan kekacauan tersebut terjadi ketika awal mula kemunculan virus corona di beberapa negara seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. Di saat negara-negara lain mengantisipasi serangan Covid-19, Indonesia malah lebih mengutamakan sektor pariwisata.


"Jadi teringat sekira bulan Februari 2020, pemerintah Jokowi justru meningkatkan promosi untuk wisatawan yang mencari alternatif destinasi karena pembatalan kunjungan ke negara-negara yang terkontaminasi Covid-19 saat itu," ujar Satyo Purwanto kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (21/8).

Padahal kata Satyo, di masa Pandemik Covid-19 justru banyak negara yang melakukan penutupan lalu lintas dan perjalanan manusia.

"Pemerintah Indonesia justru menggelontorkan anggaran sebesar Rp 103 miliar untuk promosi wisata, Rp 25 miliar untuk mengembangkan destinasi pariwisata, dan Rp 72 miliar untuk influencer. Pantas saja pemerintah seallu memiliki data yang tidak relevan dengan kenyataan," kata Satyo.

Contoh lain yang ia paparkan adalah mengenai bantuan sosial. Sampai saat ini, bansos untuk penanganan pandemik diakuinya masih semrawut hingga mengakibatkan lambannya bansos terserap ke masyarakat. Dampaknya, kata dia, daya beli masyarakat makin terpuruk.

Satyo pun menyinggung penelitian bertajuk 'The Global Disinformation Order: 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation' oleh Samantha Bradshaw dan Philip Howard dari Universitas Oxford (2019).

Penelitian tersebut kata Satyo, setidaknya mengungkapkan bahwa pemerintah dan partai-partai politik di Indonesia menggunakan buzzer atau influencer untuk menyebarkan propaganda pro pemerintah atau partai, menyerang lawan politik dan menyebarkan informasi untuk memecah-belah masyarakat.

"Tentunya kita masih ingat kasus Denny Siregar atau ketika pemerintah menggunakan jasa artis untuk menjustifikasi omnibus law, menggunakan jasa influencer atau buzzer untuk propaganda politik, lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya," tandasnya.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya