Berita

Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus) Gde Siriana Yusuf/Net

Politik

Berbeda Dengan KAMI, KITA Tidak Punya Sense of Crisis

JUMAT, 21 AGUSTUS 2020 | 09:43 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA) yang diklaim sebagai gerakan moral oleh sejumlah tokoh yang dulu mendukung Joko Widodo-Maruf Amin di Pilpres 2019 dinilai berbeda dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus) Gde Siriana Yusuf mengamini penilaian tersebut. Karena menurutnya, semangat gerakan KITA tidak menunjukan sense of crisis atau kepekaan dalam menangani ancaman krisis akibat virus corona baru (Covid-19).

"Respon kelompok-kelompok pro rezim menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki sense of crisis atas fakta yang sedang berjalan saat ini, dan tidak peduli tentang masa depan Indonesia," ujar Gde Siriana saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (21/8).

Sebaliknya, aktivis Bandung Initiatives ini memandang gerakan KAMI yang diinisiasi oleh sejumlah tokoh nasional non pendukung pemerintahan sejak Pilpres 2019 lalu justru memiliki keprihatinan atas kondisi yang tengah dihadapi bangsa sekarang ini.

Bahkan menurutnya, tuduhan-tuduhan yang disematkan kepada KAMI adalah sesuatu yang salah. Misalnya, tuduhan mengenai rencana pemkzulan Presiden Joko Widodo hingga meminta jabatan menteri kabinet yang nanti diwacanakan akan dilakukan reshuffle.

"KAMI jauh dari perbuatan makar, karena ini (gerakan) merupakan respon kegelisahan dan keprihatinan tokoh-tokoh masyarakat atas situasi negara dalam berbagai tatanan ekonomi, politik, hukum, sosial budaya dan lain-lain," ungkap Gde Siriana.

Oleh karena itu, Gde Siriana berkesimpulan gerakan KITA secara tidak langsung telah menjadi kepanjangan tangan pemerintah yang belum bisa memberikan harapan besar untuk merubah kondisi krisis menjadi peluang.

"Mereka masih asyik saja menjadi tangan-tangan rezim dalam melakukan retorika politik, sementara Negara harus diselamtkan segera dan rakyat butuh kondisi ekonomi yang memberi harapan peningkatan kesejahteraan," demikian Gde Siriana Yusuf menutup. 

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya