Berita

Salah satu Deklarator KAMI, Gatot Nurmantyo/Repro

Politik

Alasan Gatot Nurmantyo Gabung KAMI: Proxy War Dan Oligarki Ancam Kedaulatan Negara

SELASA, 18 AGUSTUS 2020 | 18:29 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Diantara sejumlah mantan pejabat pemerintahan yang tergabung di dalam Koalsi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) adalah eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.

Dalam acara Deklarasi KAMI pagi tadi, Gatot menyampaikan alasannya tergabung di dalam gerakan sosial ini.

Di mana dia menyatakan bahwa dirinya teringat dengan sumpah kemiliteran yang dia ucapkan saat pertama kali ikut pendidikan militer pada puluhan tahun silam, yakni menjaga kedaulatan negara.

"Sebagai mantan Tentara Nasional Indonesia (TNI) 38 tahun yang lalu, saat mengawali dinas keprajuritan, saya bersumpah, demi Allah saya bersumpah yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945," ujar Gatot saat berbicara dihadapan massa deklarasi Kami, di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/8).

Saat masih aktif sebagai TNI, Gatot menceritakan tentang hal-hal yang mengancam kedaulatan negara dalam sebuah seminar di Universitas Indonesia.

"Pada tanggal 10 Maret 2014 saya berkesempatan berdialog dengan civitas akademika Universitas Indonesia. Saya antara lain berbicara tentang proxy war yang menjadi satu ancaman yang luar biasa terhadap kedaulatan suatu bangsa," ungkapnya.  

Saat itu, Gatot membeberkan bentuk penguasaan suatu negara oleh kekuataan negara lain yang tidak harus dalam bentuk fisik, namun bisa dengan proxy seperti mengintervensi pemilu, dan memilih pejabat di pemerintahan terpilih.

"Hingga untuk saatnya pejabat tersebut bisa dikendalikan bahkan menjadi boneka bagi kepentingan lain dan tidak kepada tujuan negara, adalah satu bahaya dari proxy war," jelasnya.

Selain itu, proxy war ini semakin kuat dengan kehadiran oligarki politik yang belakangan mulai berkembang di pemerintahan Presiden Jokowi.

"Yang saya katakan hal ini diperburuk dengan tumbuh dan kembangnya oligarki kekuasaan di negeri ini. Kekuasaan dimainkan, dikelola oleh kelompok orang, dan lebih tidak beruntung lagi bagi kita semua mereka melakukannya dengan topeng konstitusi," beber Gatot.

"Apakah benar semua hal ini sekarang terjadi di negeri kita? Adalah rakyat Indonesia yang berhak menjawab," demikian dia menambahkan.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya