Berita

Presiden Macron saat mengunjungi Beirut pasca ledakan dahsyat/Net

Dunia

Bagi Pejabat Senior Turki Macron Seperti Remaja Manja Yang Mencoba Membuktikan Diri

RABU, 12 AGUSTUS 2020 | 12:21 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke ibu kota Lebanon pasca ledakan Beirut telah mengundang komentar dari para pejabat senior Turki. Mereka menyebut itu sebagai tanda kolonialisme dan menggambarkannya sebagai "remaja manja" yang mencoba membuktikan dirinya kepada dunia

Macron melakukan kunjungan profil tinggi ke Beirut pada Kamis (6/8) pasca ledakan mematikan di pelabuhan Beirut yang telah menewaskan lebih dari 160 orang dan melukai sekitar 5.000 orang serta meninggalkan kota itu dalam kehancuran.

Selama perjalanan itu, ketika dikerumuni oleh orang banyak yang meminta bantuannya, Presiden Prancis tersebut menuduh negara-negara kawasan seperti Turki berusaha untuk mempromosikan kepentingan mereka di Lebanon dengan mengorbankan negara tersebut.

“Jika Prancis tidak memainkan perannya, Iran, Turki, dan Saudi akan mencampuri urusan dalam negeri Lebanon, yang kepentingan ekonomi dan geopolitiknya kemungkinan besar akan merugikan Lebanon,” kata Macron ketika itu, seperti dikutip dari MEE, Selasa (11/8).

Prancis 'menyelamatkan' Lebanon dari Suriah pada 1920 dan memerintahnya dari akhir Perang Dunia Pertama hingga 1943.

Macron pada Kamis berjanji untuk membuat "pakta politik baru" untuk Lebanon, dan akan kembali ke negara itu pada 1 September untuk menandai ulang tahunnya yang keseratus.

Sementara, saat mengunjungi Lebanon pada pekan lalu, Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengatakan kepada surat kabar Sabah bahwa Ankara tidak akan menentukan kebijakannya sesuai dengan keinginan Macron.

“Sebenarnya Prancis yang mencampuri politik dalam negeri Lebanon. Kita seharusnya tidak menganggap Macron terlalu serius. Dia seperti anak manja di daerah itu,” katanya seperti dikutip dari MEE.

Wakil presiden menuduh Prancis menjalankan kebijakan luar negerinya berdasarkan perspektif kolonial, menambahkan bahwa alih-alih berbuat seperti itu Turki malah beroperasi di tempat-tempat seperti Afrika untuk memberikan bantuan kemanusiaan tanpa pertimbangan ekonomi.

“Perbedaan utama antara kedua negara adalah kolonialisme,” ungkapnya.

Berbicara kepada surat kabar yang sama, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Prancis menganggap seluruh kawasan sebagai arena persaingan.

“Pernyataan [Macron] mengingatkan pada mentalitas kolonial Prancis sebelumnya. Dia mengatakan dia akan mengunjungi [Beirut] sekali lagi untuk memeriksa pengeluaran,” kata Cavusoglu. “[Pemerintah Prancis], bahkan satu per satu, melacak perusahaan kami di Afrika. Surat kabar Prancis melaporkan perusahaan Turki di Aljazair setiap 15 hari,” katanya.

Cavusoglu mengatakan pemerintah Prancis juga mengejar negara-negara kawasan lain dan bertanya mengapa mereka memberikan kontrak kepada perusahaan Turki. "Mereka bertanya, mengapa Anda dengan Turki?” ungkap Cavusoglu.

Hubungan antara Turki dan Prancis baru-baru ini penuh ketegangan karena perselisihan regional mengenai Libya. Kedua sekutu NATO itu telah mendukung pihak-pihak yang bertikai di negara Afrika Utara itu saat mereka bentrok satu sama lain dalam berbagai masalah, termasuk peran Ankara dalam komunitas Turki-Prancis.

Oktay dan Cavusoglu mengunjungi lingkungan di Beirut yang dihuni oleh warga Lebanon yang berasal dari Turki atau Turkmenistan. Mereka disambut ratusan orang yang membawa bendera Turki layaknya orang-orang yang mengerumui ketika Macron mengunjungi negara itu.

Oktay mengatakan Turki siap membantu membangun kembali pelabuhan Beirut, dan mengatakan bahwa pelabuhan Turki siap digunakan oleh Lebanon.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya