Berita

ISIS memanfaatkan kesempatan pembatasan sosial Covid-19 dengan meningkatkan serangan/Net

Dunia

Laporan Intelijen: Selama Pembatasan Sosial Covid-19, Serangan ISIS Semakin Intens

JUMAT, 07 AGUSTUS 2020 | 08:43 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Kelompok teroris ISIS telah meningkatkan serangannya dengan memanfaatkan pembatasan sosial akibat Covid-19, khususnya pada bulan suci Ramadhan.

Begitu laporan intelijen yang dikeluarkan Combined Joint Task Force – Operation Inherent Resolve (CJTF-OIR) dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) pada 31 Juli 2020 yang dikutip dari Sputnik pada Jumat (7/8).

Laporan tersebut mengungkap, militan ISIS telah melakukan gelombang serangan selama Ramadhan dan mengeksploitasi pembatasan sosial Covid-19 dengan melakukan lebih banyak aksi. Hal tersebut pun berdampak pada pasukan keamanan Irak, Pasukan Demokrat Suriah (SDF), dan pasukan koalisi pimpinan AS.

Bahkan, laporan tersebut juga menyoroti adanya kemungkinan kaburnya ribuan tahanan ISIS di pusat penahanan yang dijaga oleh SDF.

"Pasukan mitra di kedua negara (Irak dan Suriah) melakukan operasi melawan ISIS selama kuartal tersebut, tetapi karena Covid-19, koalisi memberikan lebih banyak dukungan dan pelatihan secara virtual," demikian bunyi laporan tersebut merujuk pada bulan suci Ramadhan pada 24 April hingga 23 Mei.

World Politics Review pada 4 Juni melaporkan, ISIS telah meningkatkan kampanye kekerasan di pedesaan Irak. Sebanyak sekitar 108 serangan terkait dengan pasukan ISIS telah dilakukan di Irak sejak April.

Di sana juga dijelaskan, beberapa peneliti mengemukakan kekhawatiran bahwa ISIS bisa mengeksploitasi kurangnya tekanan selama pandemik Covid-19 dan dapat memperoleh keuntungan jika penanganan wabah pemerintah tidak efektif serta muncul ketegangan sektarian.

Sementara itu, dari hasil penelitian lembaga think-tank, Pusat Internasional untuk Kajian Radikalisasi yang berbasis di Inggris, teroris justru memandang penjara sebagai kesempatan untuk berkumpul dan merencanakan serangan baru.

"Perekrut yang dipenjara mempelajari psikologi untuk menjadi perekrut yang lebih baik, sementara para ideolog yang dipenjara mempelajari sejarah Islam dan jihadis untuk menjadi ideolog yang lebih baik," klaim lembaga think tank non-pemerintah itu.

Meski begitu, CJTF-OIR menolak anggapan bahwa ISIS bangkit kembali di Irak dan Suriah. Badan Intelijen Pertahanan AS tersebut menyatakan, para militan tidak akan bisa mempertahankan tingkat aktivitas yang lebih tinggi

"ISIS tidak bangkit kembali," tegas badan tersebut.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya