Berita

Direktur Eksekutif Institute Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad/Net

Politik

Laju Ekonomi Anjlok Ke Minus 5,32 Persen, Indef: PEN Gagal Mendorong Ekonomi Jadi Lebih Baik

RABU, 05 AGUSTUS 2020 | 13:52 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Capaian kinerja perekonomian Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen, sebagaimana yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu hari ini (5/8).

Hal ini dikomentari oleh Direktur Eksekutif Institute Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, yang menilai situasi perekonomian domestik di kuartal II ini jauh lebih buruk dari prediksi pemerintah sendiri.

Di mana, pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II hanya terkontraksi 4,3 persen, sedangkan Bank Indonesia (BI) memprediksi minus 4,8 persen.

"Saya kira situasinya ini lebih buruk dari apa yang pemerintah sampaikan, bahkan lebih buruk dari yang pernah kami (Indef) prediksi," ujar Tauhid saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (5/8).

Dari kinerja ekonomi untuk 3 bulan kedua tahun 2020 ini, lanjut Tauhid, mengisyaratkan kondisi ekonomi masyarakat di lapangan jauh lebih parah dari apa yang dia bayangkan.

Sebab sebagaimana diketahui, basis pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak disumbang dari pertumbuhan konsumsi masyarakat.

"Di masyarakat katakanlah memang penurunan kondisi ekonomi jauh lebih memprihatinkan. Ini mengisyaratkan kondisi ekonomi masyarakat lagi terpuruk-puruknya lah saat ini," katanya.

Disamping itu, Tauhid juga memandang bahwa upaya pemerintah dalam menahan perlambatan ekonomi yang disrbabkan pandemik virus corona baru (Covid-19), yakni melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional, tidak cukup mumpuni.

"Kalau angkanya ternyata jauh lebih buruk dari yang diduga pemerintah, itu menunjukan bahwa pemerintah sendiri tidak yakin bahwa apa yang mereka lakukan selama Maret sampai kemarin Juli itu berhasil memperbaiki kondisi perekonimian. Ternyata kan kondisinya lebih buruk," tuturnya.

"Pemerintah sudah belanja katakanlah hampir 20 persen dari PEN, ternyata tidak mendorong ekonomi lebih baik. Artinya seharusnya kalau ada PEN tidak sebesar minus 5,3 (persen), atau paling tidak sesuai dengan prediksi pemerintah. Tapi ternyata buktinya dengan PEN kondisinya jauh lebih buruk," demikian Tauhid Ahmad menambahkan. 

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya