Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis/Net
Aksi pengibaran bendera setengah tiang serta membunyikan lonceng gereja yang dilakukan oleh Yunani selama pembukaan Masjid Aya Sofya di Istanbul minggu lalu ditanggapi dingin oleh kepala Partai Gerakan Nasionalis ( MHP) Devlet Bahceli. Ia menganggap aksi tersebut sebagai masalah internal Yunani dan bukan menjadi urusan Turki.
Bacheli menganggap Yunani masih terjebak pada sejarah 567 tahun silam ketika Ottoman menaklukkan Istanbul. Ia beranggapan demikian karena Athena melihat beberapa klaim atas Aya Sofya, yang jelas-jelas berada di dalam perbatasan Turki yang sah dan berdaulat
Dikutip dari AA, Selasa (28/7), Bahceli memuji keputusan pengadilan sebagai peristiwa paling penting dalam sejarah baru-baru ini, menyebut tindakan Yunani sebagai tanggapan “fasis.â€
“Sikap Yunani ini tidak menunjukkan stabilitas, perdamaian, atau ketenangan," tambahnya.
Masjid Aya Sofya dibuka melalui upaya bersama Aliansi Rakyat yang terdiri dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) dan MHP yang berkuasa setelah pengadilan membatalkan keputusan Kabinet 1934 yang menjadikan Aya Sofya sebagai museum. Sebelum itu, Aya Sofya telah menjadi tempat ibadah kaum Muslim selama hampirsetengah abad.
Jumat lalu ratusan gereja di Yunani membunyikan bel dan mengibarkan bendera setengah tiang sebagai bentuk protes atas keputusan Turki menetapkan Aya Sofya sebagai sebuah masjid.
Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, menyebut Turki sebagai pencari gara-gara atas pengubahan fungsi Aya Sofya.
“Apa yang mereka lakukan adalah penghinaan terhadap sejarah Abad 21,†ujarnya.