Berita

Penculikan virtual di Australia banyak menargetkan para pelajar asing dari China/Net

Dunia

Penculikan Virtual Di Australia Makin Marak Terjadi, Targetkan Pelajar China

SELASA, 28 JULI 2020 | 12:28 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Meningkatnya ketegangan antara Australia dan China dimanfaatkan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab untuk melakukan penipuan. Salah satu modusnya dengan melakukan penculikan virtual agar mendapat uang tebusan.

Polisi mengatakan, sudah ada delapan kasus penculikan virtual yang melibatkan total tebusan hingga 3,2 juta dolar Australia atau Rp 33 miliar (RP 10.300/dolar Australia) untuk tahun ini.

"Kami telah memiliki serentetan (kasus) dalam beberapa bulan terakhir di mana hampir setiap akhir pekan kami menemukan jatuhnya korban untuk salah satu penipuan ini," ujar Direktur Komando Kejahatan negara bagian New South Wales (NSW), Darren Benett.


Bennett menjelaskan, modus penipuan dilakukan dengan cara panggilan telepon. Pelaku menelepon korban dengan menyamar sebagai pajabat China setempat untuk memperingatkan pelajar bahwa mereka terlibat dalam sebuah kasus di China. Untuk menghindari kasus tersebut, pelajar harus membayar sejumlah uang atau akan ditangkap dan dideportasi.

"Jika Anda mendapatkan salah satu panggilan telepon ini, tutup, telepon polisi, telepon universitas, dan jangan bayar," imbuh Bennett.

Selain dengan modus tersebut, Bennett mengatakan, beberapa penipu meminta korban untuk menelepon keluarga dan teman-teman mereka. Namun sebelum itu, mereka diminta menyewa kamar hotel dan mengambil gambar atau rekaman video yang menunjukkan kondisi mereka dalam terikat dengan mata ditutup.

Gambar atau video tersebut lalu dikirim ke keluarga mereka di luar negeri untuk mendapatkan uang tebusan.

"Kita perlu memperhitungkan faktor budaya dan fakta bahwa penipuan itu sangat dipoles," kata pejabat kepolisian NSW, Peter Thurtell.

Data kepolisian menunjukkan, NSW memiliki 212 ribu pelajar asing.

Beberapa waktu lalu, ketegangan antara China dan Australia membuat Beijing memberikan peringatan pada pelajarnya mengenai risiko keamanan yang akan didapatkan jika belajar di negeri Kanguru.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya