Berita

Bus Ukraina yang disandera dengan 13 penumpang di dalamnya/Net

Dunia

Penyanderaan Mengerikan Bus Ukraina Berakhir, Presiden Zelensky Kabulkan Permohonan Unik Pelaku

RABU, 22 JULI 2020 | 08:57 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Setelah berjam-jam melalui hari yang menegangkan, akhirnya polisi Ukraina berhasil membebaskan 13 penumpang bus yang disandera seorang pria bersenjata. Polisi juga berhasil melumpuhkan pelaku setelah presiden negara itu menyetujui permintaan pelaku untuk mengirim rekaman film Earthlings (2005) di media sosial.

Layanan keamanan SBU mengatakan berkat operasi gabungan, semua sandera dibebaskan tanpa cedera setelah polisi bentrok di kota barat Lutsk dengan pria itu, yang mengancam akan meledakkan sebuah alat peledak kecuali permintaan anehnya dipenuhi, dikutip dari France24, Rabu (22/7).

Situasi penyanderaan yang menegangkan akhirnya bisa diselesaikan dengan cepat setelah pria itu berbicara di telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Tiga sandera dilepaskan, diikuti oleh sisanya sekitar satu jam kemudian.

Rekaman yang diterbitkan oleh pejabat Ukraina menunjukkan polisi mengawal korban penyanderaan ketika pasukan khusus bersenjata berdiri di atas seorang pria yang berbaring telungkup di trotoar dekat bus dengan tangan di belakang punggung.

Penyandera sebelumnya telah menembak dan melemparkan paket peledak ke jalan di pusat Lutsk, sebuah kota lebih dari 200.000 sekitar 400 kilometer (250 mil) dari ibukota Kiev.

Pria itu awalnya melakukan kontak dengan polisi yang mengidentifikasi dirinya sebagai Maksym Plokhoy (nama samaran yang diterjemahkan menjadi 'Bad Maxim').

Dia diidentifikasi sebagai Maksym Kryvosh, 44, yang sebelumnya menghabiskan sekitar 10 tahun penjara dengan berbagai tuduhan.

Sebuah akun yang kemudian ditangguhkan oleh Twitter, memiliki posting di bawah nama Kryvosh yang mengklaim dirinya bersenjata, termasuk memiliki bom, dan menuntut tokoh top Ukraina menyampaikan pesan anti kemapanan di media sosial.

Presiden Volodymyr Zelensky tampaknya melakukan salah satu tuntutan yang diposting di akun itu ketika dia merekam video Facebook yang meminta orang-orang untuk menonton film dokumenter 2005 "Earthlings". Diceritakan oleh Joaquin Phoenix, film ini menceritakan tentang perlakuan keras terhadap hewan di tangan manusia.

Zelensky kemudian berbicara dengan Kryvosh lewat telepon, menurut wakil kepala administrasi Zelensky Kyrylo Tymoshenko.

"Presiden melakukan percakapan telepon, berbicara dengannya selama 15 menit, dia meyakinkannya untuk membebaskan tiga sandera," kata Tymoshenko.

Setelah para sandera berhasil dibebaskan, Zelensky kemudian menghapus video pendek itu dari akunnya.

"Saat ini pihak keluarga dan orang-orang terdekat bisa memeluk semua orang yang merana sepanjang hari di dalam bus itu dengan senjata mengarah ke mereka," tulis Zelensky setelah krisis berakhir.

Ia merasa sangat lega dan terharu. "Kami tidak kehilangan satu orang pun,"  ujar Zelensky.

Menteri Dalam Negeri Arsen Avakov mengisahkan, Kryvosh keluar dari bus setelah negosiasi.

"Dia benar-benar memiliki pistol yang berfungsi, senapan otomatis, dia benar-benar memiliki granat. Ada ancaman. Tapi itu semua telah berakhir," kata Avakov. Ia memastikan pelaku akan dijerat hukuman penjara yang panjang.

Ketika penyanderaan berlangsung, bus biru dan putih dengan beberapa jendela hancur dan tirai tertutup. DIberitakan sebelumnya ada 20 sandera, tetapi kemudian ternyata hanya ada 13.

Para sandera berada di dalam bus dari sekitar jam 9 pagi (0600 GMT) tanpa akses ke makanan atau toilet. Mereka diberi akses ke air berjam-jam kemudian.

Layanan keamanan SBU menyatakan situasi itu sebagai "aksi teror" dan meluncurkan penyelidikan.

Ukraina, yang telah memerangi separatis yang didukung Rusia sejak 2014, telah berjuang dengan proliferasi senjata ilegal.

Polisi pada akhir 2017 menyerbu sebuah kantor pos di timur kota Kharkiv, tempat seorang pria bersenjata yang mengaku diikat dengan bahan peledak menangkap 11 orang.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Halal Bihalal Partai Golkar

Selasa, 16 April 2024 | 01:21

UPDATE

Mudahkan Milenial dan Gen Z Miliki Hunian di Bali, BTN Tawarkan Skema Khusus

Sabtu, 27 April 2024 | 01:36

Sikap Ksatria Prabowo Perlu Ditiru Para Elite Politik

Sabtu, 27 April 2024 | 01:11

Gus Fawait Resmi Didukung Gerindra Maju Bacabup Jember

Sabtu, 27 April 2024 | 00:59

Rekonsiliasi Prabowo-Megawati Bisa Dinginkan Suhu Politik

Sabtu, 27 April 2024 | 00:31

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru Korupsi PT Timah, 3 Orang Langsung Ditahan

Jumat, 26 April 2024 | 23:55

Menlu RI Luncurkan Buku "Menghadirkan Negara Hingga Ujung Dunia" di HWPA Award 2023

Jumat, 26 April 2024 | 23:37

Indonesia Tim Pertama yang Jebol Gawang Korsel, Pimpinan Komisi X: Prestasi yang Patut Diapresiasi

Jumat, 26 April 2024 | 23:33

Konfrontasi Barat Semakin Masif, Rusia Ajak Sekutu Asia Sering-sering Latihan Militer

Jumat, 26 April 2024 | 23:21

Menlu RI: Jumlah Kasus WNI di Luar Negeri Melonjak 50 Persen Jadi 53.598

Jumat, 26 April 2024 | 23:06

Ubedilah: 26 Tahun Reformasi, Demokrasi Memburuk

Jumat, 26 April 2024 | 23:01

Selengkapnya