Berita

Pasien mengantri di rumah sakit di Pakistan/Net

Dunia

Kematian Akibat Komplikasi Hepatitis Di Pakistan Lebih Tinggi Dari Covid-19, 325 Meninggal Setiap Hari

SELASA, 21 JULI 2020 | 14:02 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Lebih dari 15 juta orang di Pakistan hidup dengan hepatitis B dan C, dan sebagian besar penderita tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana infeksi virus dapat dicegah, diobati dan disembuhkan.

Prof. Zaigham Abbas, kepala Departemen Gastroenterologi di Rumah Sakit Universitas Ziauddin di Karachi mengatakan, hampir 90 persen dari 325 juta orang di dunia yang menderita penyakit ini tidak tahu bahwa mereka menderita hepatitis.

“Ini adalah tren global dengan hampir 90 persen dari 325 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan virus tidak menyadari bahwa mereka memiliki hepatitis, ungkapnya seperti dikutip dari The Express Tribune, Senin (20/7).


Abbas menyampaikan hal ini saat menjadi moderator dalam webinar yang diselenggarakan oleh Express Media Group bersama Masyarakat Pakistan untuk Studi Penyakit Hati (PSSLD) menjelang Hari Hepatitis Dunia, yang diperingati setiap tahun pada 28 Juli.

“Prevalensi hepatitis B di Pakistan adalah sekitar 5 persen, sedangkan hepatitis C adalah 2,5 persen. Tetapi rata-rata jauh lebih tinggi di daerah Sindh atas, Punjab rendah dan beberapa kabupaten di Balochistan,” kata Abbas.

Berbicara tentang angka, dia mengatakan bahwa setidaknya 20 persen dari mereka yang terinfeksi, menderita sirosis, atau kerusakan hati. Tingkat kematian sekitar 4 persen, yang berarti sekitar 120 ribu orang Pakistan meninggal karena virus ini setiap tahun.

“Ini berarti 325 orang meninggal di Pakistan setiap hari karena komplikasi yang disebabkan oleh hepatitis, tingkat kematian jauh lebih tinggi daripada Covid-19,” katanya.

Dr Bashir Ahmed, yang mengepalai departemen kedokteran di Universitas Kedokteran Shaheed Mohatarma Benazir Bhutto, Larkana, berbicara tentang ancaman penularan yang ditimbulkan oleh infeksi Hepatitis.

“Ini ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke anak, transfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik atau peralatan bedah yang sebelumnya digunakan oleh pasien hepatitis positif, dengan memiliki banyak pasangan seksual, dan lain-lain,” ungkapnya.

Sementara itu, kepala departemen gastroenterologi dan hepatologi di Rumah Sakit Pendidikan Madinah, Dr Shahid Rasool, mengatakan bahwa kurangnya kesadaran telah menyebabkan penyakit ini diberi label 'silent killer'.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya