Pasien mengantri di rumah sakit di Pakistan/Net
Lebih dari 15 juta orang di Pakistan hidup dengan hepatitis B dan C, dan sebagian besar penderita tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana infeksi virus dapat dicegah, diobati dan disembuhkan.
Prof. Zaigham Abbas, kepala Departemen Gastroenterologi di Rumah Sakit Universitas Ziauddin di Karachi mengatakan, hampir 90 persen dari 325 juta orang di dunia yang menderita penyakit ini tidak tahu bahwa mereka menderita hepatitis.
“Ini adalah tren global dengan hampir 90 persen dari 325 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan virus tidak menyadari bahwa mereka memiliki hepatitis, ungkapnya seperti dikutip dari The Express Tribune, Senin (20/7).
Abbas menyampaikan hal ini saat menjadi moderator dalam webinar yang diselenggarakan oleh Express Media Group bersama Masyarakat Pakistan untuk Studi Penyakit Hati (PSSLD) menjelang Hari Hepatitis Dunia, yang diperingati setiap tahun pada 28 Juli.
“Prevalensi hepatitis B di Pakistan adalah sekitar 5 persen, sedangkan hepatitis C adalah 2,5 persen. Tetapi rata-rata jauh lebih tinggi di daerah Sindh atas, Punjab rendah dan beberapa kabupaten di Balochistan,†kata Abbas.
Berbicara tentang angka, dia mengatakan bahwa setidaknya 20 persen dari mereka yang terinfeksi, menderita sirosis, atau kerusakan hati. Tingkat kematian sekitar 4 persen, yang berarti sekitar 120 ribu orang Pakistan meninggal karena virus ini setiap tahun.
“Ini berarti 325 orang meninggal di Pakistan setiap hari karena komplikasi yang disebabkan oleh hepatitis, tingkat kematian jauh lebih tinggi daripada Covid-19,†katanya.
Dr Bashir Ahmed, yang mengepalai departemen kedokteran di Universitas Kedokteran Shaheed Mohatarma Benazir Bhutto, Larkana, berbicara tentang ancaman penularan yang ditimbulkan oleh infeksi Hepatitis.
“Ini ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke anak, transfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik atau peralatan bedah yang sebelumnya digunakan oleh pasien hepatitis positif, dengan memiliki banyak pasangan seksual, dan lain-lain,†ungkapnya.
Sementara itu, kepala departemen gastroenterologi dan hepatologi di Rumah Sakit Pendidikan Madinah, Dr Shahid Rasool, mengatakan bahwa kurangnya kesadaran telah menyebabkan penyakit ini diberi label 'silent killer'.