Berita

Teman-teman Grace berdemo, meminta apaat membebaskannya dari tahanan di Detroit/Net

Dunia

Tidak Bisa Kerjakan Tugas Online Selama PJJ Siswa Penderita ADHD Ditahan Di Penjara Anak Di Detroit

JUMAT, 17 JULI 2020 | 14:17 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Ratusan siswa dari daerah Detroit melakukan protes di luar sekolah menengah mereka pada Kamis (16/7). Mereka meminta aparat membebaskan seorang kawan mereka yang ditahan hanya gara-gara tidak menyelesaikan tugas sekolah selama pembelajaran jarak jauh pada semester terakhir ini.

"Ini tidak masuk akal," teriak mereka. Hal yang sama juga diserukan ibu dari anak bernama Grace (15 tahun) yang dipenjara sejak Mei lalu.

Charisse, ibu dari Grace, pergi ke pos pemeriksaan di pusat tahanan remaja Children's Village di pinggiran kota Detroit. Dia begitu merindukan putrinya dan ingin berada di dekat putrinya. Sudah sebulan ia berpisah dari anaknya, sejak terakhir kali dia melihatnya pasca hakim memutuskan mengirimnya ke fasilitas tahanan anak selama pandemik, dikutip dari Propublica, Jumat (17/7).


Grace, tidak melanggar hukum. Dia juga tidak berada dalam masalah seperti bertengkar atau mencuri, yang membuatnya ditempatkan pada masa percobaan. Namun Grace adalah penderita ADHD, atau Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas.

Dia dipenjara pada Mei karena melanggar masa percobaannya dengan tidak menyelesaikan kursus online ketika sekolahnya di Beverly Hills beralih ke pembelajaran jarak jauh.

Para pengunjuk rasa berkumpul di Sekolah Menengah Groves di pinggiran Beverley Hills sebelum mereka pergi ke Pengadilan Wilayah Oakland dan kantor kejaksaan sambil membawa spanduk.

“Banyak orang tertinggal dalam tugas-tugas mereka pada semester ini, tidak ada yang punya motivasi untuk melakukan apa pun karena para guru tidak mengajar, kami belajar secara online. Saya tahu banyak orang yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah mereka,” kata Prudence Canter, 18, seorang lulusan sekolah menengah, dikutip dari Reuters, Jumat (17/7).

Beberapa siswa juga menyetujui apa kata Canter.

Geoff Wickersham, seorang guru studi sosial di Grove, mengatakan, "Saya pikir ini adalah ketidakadilan yang sangat besar!" Ia merasa sangat miris.

Para perwakilan meminta pemrotes untuk mengangkat tangan bagi siapa saja yang gagal atau tidak menyerahkan tugasnya selama masa pembelajaran online, dan banyak sekali yang mengangkat tangannya.

Kantor kejaksaan menolak berkomentar. Hakim Mary Ellen Brennan, yang menjatuhkan putusan itu, juga tidak segera dapat dimintai komentar.

Eksekutif Oakland County David Coulter memposting pernyataan online Selasa malam, menulis bahwa ia telah berbicara kepada hakim.

“Ada banyak hal yang tidak bisa dibagikan terkait perlindungan privasi anak di bawah umur beserta keluarganya ke hadapan publik, tetapi saya yakin kasus ini memerlukan peninjauan kembali," ujar Coulter.

Di seluruh negeri, para guru, orang tua, dan murid-murid telah berjuang dengan pergolakan yang disebabkan oleh penutupan sekolah selama berbulan-bulan.

Distrik sekolah telah mendokumentasikan ada puluhan ribu siswa yang gagal masuk atau menyelesaikan tugas sekolah mereka, yaitu sebanyak 15.000 siswa sekolah menengah di Los Angeles.

Siswa dengan kebutuhan khusus sangat rentan tanpa bimbingan langsung dari guru, pekerja sosial dan lainnya.

Grace, yang menderita ADHD, mengatakan dia merasa tidak termotivasi dan kewalahan ketika pembelajaran online dimulai pada 15 April lalu, sekitar sebulan setelah sekolah tutup. Tanpa banyak instruksi atau struktur langsung, dia mudah teralihkan perhatiannya dan kesulitan menjaga dirinya tetap pada jalurnya, katanya.

Ricky Watson Jr., direktur eksekutif National Juvenile Justice Network, mengecam,  "Siapa yang bisa menjadi murid yang baik sekarang?" katanya.

"Kecuali jika ada kebutuhan mendesak, aku tidak mengerti mengapa kamu mengirim anak ke fasilitas apa pun di saat-saat ini. Membawa mereka pergi dari keluarga mereka di tengah situasi pandemik yang sedang kita hadapi sekarang." 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya