MULAI awal Maret 2020, kita memasuki babak sejarah baru bangsa ini, dengan menyebarnya pandemik Covid-19. Ini bukan pandemik pertama yang masuk ke Indonesia, tapi baru kali ini dampaknya begitu cepat dan berganda.
Sejak dua kasus positif pertama diumumkan Presiden Joko Widodo (2/3), dalam 4,5 bulan kasus positif di Indonesia mencapai 76.981 orang, dengan 36.689 sembuh dan 3.656 meninggal, per Senin (13/7). Dengan pertambahan kasus positif harian secara eksponensial, diperkirakan jumlah kasus positif di Indonesia akan segera melampaui China.
Memasuki kuartal kedua, perekonomian mengalami kontraksi. Menkeu Sri Mulyani memperingatkan (22/6), jika kuartal ketiga kontraksi masih berlangsung, Indonesia dipastikan mengalami resesi.
Di tengah ketidakpastian akibat krisis berganda ini, orang mencari kepastian informasi.
People have an intrinsic need "an instinct" to know what is occurring beyond their direct experience (Kovach, Rosenstiel, 2001).
Meskipun kini tersedia banyak pilihan sumber informasi, Reuters Digital News Report (2020) mengindikasikan publik makin mempercayai media massa, khususnya media daring dan televisi, selama masa pandemik.
Lalu apa saja informasi yang dicari orang selama wabah? Menarik mencermati topik-topik pemberitaan media berita daring selama wabah yang praktis beroperasi sepanjang waktu, tanpa libur, sebagai cerminan opini publik yang menonjol.
Mengingat jumlah media daring begitu banyak dengan produksi berita tanpa henti, layanan
big data analytics Astramaya digunakan untuk menghimpun dan menganalisis data pemberitaan selama empat bulan. Hasilnya diolah lagi oleh
human analyst.
Dengan algoritma berbasis bahasa Indonesia, layanan Astramaya menjelajahi (crawling) data pemberitaan dari lk.400 media daring nasional yang memproduksi konten sendiri (bukan agregator konten) menggunakan
natural language processing dan
machine learning, setiap hari tanpa henti (24/7).
Hasil
crawling dikelompokkan otomatis berdasarkan kata kunci atau topik serta dihitung volumenya dalam satuan artikel. Topik-topik ini ini kemudian diolah lagi oleh analis sesuai konteksnya. Periode pemantauan antara 1 Maret -30 Juni 2020.
Berdasarkan IsuTopik terbesar yang terpantau oleh sistem adalah Covid-19 (termasuk corona, pandemik). Ada hampir 2,4 juta artikel yang memuat topik ini selama empat bulan, mencerminkan pusaran perhatian bangsa ini, pagi, siang, malam, hari kerja, akhir pekan maupun hari libur. Praktis semua aspek kehidupan terkait dengan virus ini.
Topik kedua terbesar adalah Pemerintah, yang diberitakan dalam lebih dari 576 ribu artikel, memperlihatkan bagaimana narasi pemerintah mendominasi pemberitaan media. Keberimbangan media terlihat pada pemberitaan tentang topik Pasien (mencakup juga ODP, PDP dan jasad) dengan lebih dari 365 ribu artikel, diikuti dengan topik Warga yang dengan lebih dari 270 ribu artikel.
Luasnya penyebaran wabah tercermin pada topik Daerah (berisi nama-nama daerah mulai dari DKI Jakarta hingga pulau Sebaru) dengan lebih dari 236 ribu artikel.
Sebagai episenter awal dan ibukota negara dimana semua media massa nasional berpusat, DKI dengan sendirinya menjadi fokus pemberitaan. Secara umum, daerah-daerah di pulau Jawa, tempat sebagian besar populasi Indonesia berada, lebih banyak diberitakan dibanding di luar pulau Jawa.
Topik terkait fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, RSUD, APD, tenaga kesehatan, masker dan rapid test, diberitakan oleh hampir 230 ribu artikel. Ini mencerminkan perhatian publik pada krisis kesehatan, akibat ketidaksiapan fasilitas kesehatan dan kepanikan publik.
Topik-topik yang berkaitan dengan polisi, petugas, aparat termasuk ASN dimuat dalam lebih dari 158 ribu artikel, merefleksikan perhatian publik pada kinerja polisi sebagai ujung tombak penegakan hukum selama krisis, diikuti oleh petugas dan aparat lain dari dinas terkait.
Topik pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mendapatkan perhatian dengan hampir 140 ribu artikel. Besarnya perhatian media mengindikasikan bagaimana besarnya pengaruh PSBB yang membuat kegiatan perekonomian terhenti.
Topik bantuan sosial menyusul dengan hampir 130 ribu artikel. Pemberian bantuan sosial oleh pemerintah pusat daerah setempat, dibantu pemerintah pusat, langsung berdampak bagi masyarakat banyak namun dalam pelaksanaannya, terjadi sejumlah kekisruhan, akibat ketidakjelasan data dan informasi.
Di sisi lain, topik klub sepak bola muncul cukup menonjol dengan hampir 18 ribu artikel. Mungkin akibat efek samping dari bekerja dan belajar dari rumah.
Topik TKA China mencuat dengan lebih dari 125 ribu artikel. Sumber beritanya dari Sulawesi Tengah tapi mendapat perhatian yang luas dari publik nasional.
Topik Ramadhan dan Lebaran juga menarik perhatian media dengan pemberitaan lebih dari 97 ribu artikel. Bagi banyak orang, ini pertama kali dalam hidup mereka, Ramadhan berlangsung tanpa shalat tarawih di masjid dan Lebaran tanpa shalat Idul Fitri serta silaturahmi keliling.
Topik New Normal, sebagai kondisi untuk kembali menghidupkan kegiatan perekonomian di tengah wabah virus, diberitakan dalam hampir 27 ribu artikel. Topik PHK, termasuk kartu Prakerja, menarik perhatian media yang memberitakannya dalam 21.309 artikel.
Tokoh-tokohJika dibedah berdasarkan tokoh-tokoh yang diberitakan, Presiden Jokowi merupakan tokoh yang paling banyak diberitakan dengan lebih dari 71 ribu artikel selama periode Maret-Juni 2020.
Setelah Presiden, tokoh-tokoh yang paling banyak diberitakan adalah para kepala daerah, terutama di pulau Jawa. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diberitakan dalam hampir 30 ribu artikel, diikuti oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang diberitakan dalam 20.865 artikel. Berada sedikit di bawahnya adalah pemberitaan tentang Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam 20.590 artikel.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berselisih cukup jauh dengan volume pemberitaan lebih dari 12 ribu artikel. Satu-satunya kepala daerah di luar Gubernur yang memperoleh sorotan cukup signifikan adalah adalah Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang diberitakan dalam hampir 800 artikel, terutama pada Mei dan Juni.
Di luar kepala daerah, terdapat Menko Polkam Mahfud MD yang diberitakan dalam 4.813 artikel. Ketua Umum Partai Demokrat AHY muncul dalam 3.746 artikel. Pergantian kepemimpinan di Partai Demokrat, serta serangkaian langkah yang dilakukan Ketua Umum yang baru, rupanya menarik perhatian media. Disusul sedikit di bawahnya oleh mantan calon Wakil Presiden Sandiaga Uno yang diberitakan dalam 3.424 artikel.
Kendali NarasiSelama Maret-Juni 2020, perhatian bangsa terpusat pada pandemik Covid-19. Seluruh aspek kehidupan dipandang dari perspektif ini, bahkan juga kedatangan tenaga kerja asing.
Kendali narasi pemberitaan berada di tangan pemerintah, dengan Presiden sebagai tokoh sentral. Di tingkat daerah, penanggulangan wabah menjadi ‘panggung’ bagi para kepala daerah. Gubernur Anies Baswedan dan Gubernur Khofifah Indar Parawansa menjadi sorotan sesuai dengan bobot penyebaran wabah yang menjadikan provinsi yang mereka pimpin masing-masing sebagai episenter nasional.
Tidak seperti peristiwa nasional lainnya, media massa, para akademisi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat bahkan lembaga legislatif yang biasanya berperan mengawasi, sulit bergerak, karena pembatasan sosial. Ini ditambah lagi dengan sulitnya mengakses data kesehatan dan ekonomi yang kendalinya berada di tangan pemerintah.
Konsekuensinya, kejelasan komunikasi pemerintah sangat menentukan seberapa jelas masyarakat memahami bencana nonsosial ini dengan segala dampak, aturan dan larangannya.
Mengingat wabah belum juga menunjukkan tanda-tanda usai, agregasi data pemberitaan selama empat bulan ini mengindikasikan bahwa pada bulan-bulan ke depan, fokus bangsa ini masih akan tetap pada Covid-19 dengan pemerintah sebagai tumpuan utama dalam upaya menanggulangi wabah, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.
Tomi SatryatomoPengamat Media