Berita

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim/Net

Politik

Soroti Kerja Nadiem, Wasekjen MUI: Riwayat Pendidikan Tamat Bila Dipimpin Sosok Tak Berpengalaman

KAMIS, 09 JULI 2020 | 19:48 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Tangan dingin Nadiem Makarim saat mengelola layanan transportasi daring Gojek yang mampu meraup untung 10 kali lipat dari laba yang didapat PT Garuda Indonesia ternyata tidak ampuh saat memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

"Mungkin Pak Jokowi terhinoptis dengan keberhasilan Mendikbud pada saat mengelola Gojek dengan keuntungan yang dahsyat dan luar biasa. Tapi saat diangkat menjadi Mendikbud sejak Oktober 2019 hingga detik ini, yang ada hanya slogan-slogan,” kata Wakil Sekjen MUI Najamuddin Ramli dilansir Kantor Berita RMOLJaakarta, Kamis (9/7).

Program Merdeka Belajar yang dicanangkan Nadiem pun turut dikritik Najamuddin. Ia berpendapat program tersebut sebenarnya sudah dilakukan sekitar 30-40 tahun lalu. Merdeka belajar telah dikenalkan menteri-menteri pendidikan sebelumnya.

"Program ini merupakan bagian dari sistem andragogi pendidikan orang dewasa sebagai lawan dari paedagogi pengajaran kepada anak kecil," ungkap Najamuddin.

Karena itu, Najamuddin mempertanyakan alasan yang masuk akal jika Nadiem masih akan dipertahankan sebagai Mendikbud. Sebab menurutnya, era Kemendikbud terdahulu sudah sukses membawa pendidikan Indonesia ke arah lebih baik, mulai dari Menteri Bambang Sudibyo, Muhammad Nuh, Anies Baswedan, hingga Muhajir Effendy.

"Patut dipertanyakan, apakah masih layak dipertahankan Nadiem Makarim sebagai Mendikbud dengan tidak ada prestasi, malahan menurunkan kualitas pendidikan saat ini," urainya.

Ia pun khawatir bila pendidikan Indonesia digawangi oleh sosok minim pengalaman justru akan merusak tatanan pendidikan yang sudah berjalan. Padahal, Kemedikbud adalah kementerian besar yang menjadi andalan utama bangsa ini dalam membangun sumber daya manusia.

"Kalau dikendalikan oleh nakhoda yang biasa-biasa saja, yang tidak punya pengalaman dalam pendidikan, tidak mengerti filosofi pendidikan, tidak mengerti empirik posisi yuridis pendidikan, dan tidak mengerti apa tujuan pendidikan, yakni membangun manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia, terampil dan adaptif dengan tuntutan zaman maka tamatlah riwayat pendidikan kita,” tandasnya.

Populer

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Panglima TNI Diminta Tarik Anggota Puspom dari Kejagung

Selasa, 28 Mei 2024 | 18:58

Produksi Film Porno, Siskaeee Cs Segera Disidang

Rabu, 22 Mei 2024 | 13:49

Topeng Mega-Hasto, Rakus dan Berbohong

Kamis, 23 Mei 2024 | 18:03

IAW Desak KPK Periksa Gubernur Jakarta, Sumbar, Banten, dan Jateng

Senin, 20 Mei 2024 | 15:17

Pj Gubernur Jabar Optimistis Polisi Mampu Usut Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Kamis, 23 Mei 2024 | 06:48

Pj Gubernur Jabar Ingatkan Dishub Tidak Ada Suap dan Pungli dalam Uji KIR

Senin, 27 Mei 2024 | 19:31

UPDATE

Pemuda Nusantara Minta Ada Tindakan Hukum pada Produsen Oli Palsu

Kamis, 30 Mei 2024 | 20:05

Peran Raja Maroko untuk Palestina Disorot Selama Pertemuan Bahrain

Kamis, 30 Mei 2024 | 20:03

Mabes Polri Mengaku Belum Terima Draf RUU Kepolisian

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:54

Mahasiswa Sumut-Jakarta Dukung Duet Bobby-Teguh

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:44

NU Circle Kritik Buku Panduan Kemdikbud Berisi Kekerasan Seksual, Pedofilia, dan LGBT

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:42

Prajurit Petarung Marinir Terjang Ombak Pantai Selatan

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:33

Tekan Emisi Karbon, SMI Biayai Proyek Perubahan Iklim Rp141,7 Triliun

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:19

David Herson Siap Nakhodai HIPKI

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:18

Kapolri Lantik Pamen dan Pati Naik Pangkat, Ini Daftarnya

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:16

Employee Experience Awards 2024 Beri Penghargaan kepada Perusahaan Indonesia

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:05

Selengkapnya