Berita

Anak-anak di kapm pengungsi Idlib, Suriah/Net

Dunia

Biadab, Kelompok Teroris Terus Lakukan Penculikan Anak -anak Suriah Untuk Dicuci Otaknya

KAMIS, 09 JULI 2020 | 07:07 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

RMOL. Teroris YPG/PKK kembali melakukan aksi penculikan terhadap anak-anak di Suriah untuk dijadikan pengikut mereka. Dalam seminggu terakhir mereka telah menculik paksa empat orang anak Suriah.

Keempat anak yang berusia di bawah 16 tahun itu, berasal dari kota-kota timur laut Suriah, Ain-al Arab, Qamishli dan al-Darbasiyah.

Keluarga dari Cudi Omar yang berusia 14 tahun, Dijvar Juma (15), Lina Halaf (15) dan Jaklin Ayyub (14) melaporkan bahwa mereka belum mendengar kabar dari anak-anak mereka lebih dari seminggu.


Penculikan anak-anak adalah contoh terbaru perekrutan anak oleh kelompok teroris. Insiden terakhir terjadi bulan lalu ketika setidaknya empat gadis berusia antara 11 dan 17 diculik di negara yang dilanda perang saudara itu.

Setelah mengalami pukulan hebat dalam beberapa tahun terakhir, kelompok teroris PKK telah membentuk tim untuk mencari dan mencuci otak anak-anak dan remaja. Para teroris tak segan-segan untuk menyiksa dan memenjarakan anak-anak itu jika mereka melawan.

Menurut sebuah laporan  yang dirilis pasukan keamanan, tim-tim ini telah menculik anak-anak yatim di Suriah dengan rentang usia antara 10 dan 15 tahun, kemudian membawa mereka ke kamp-kamp teroris untuk mengindoktrinasi anak-anak itu dengan ideologi mereka, dan melatih mereka untuk ikut pertempuran bersenjata begitu mereka berusia 16 tahun.

Beberapa anggota kelompok teror yang menyerah kepada pasukan keamanan awal tahun ini membenarkan laporan tersebut, mereka mengaku kepada otoritas peradilan bahwa anak-anak direkrut secara paksa.

Warga di daerah yang dikuasai YPG / PKK telah lama menderita dari kekejaman kelompok teroris ini. Kekejaman mereka termasuk penculikan, perekrutan tentara anak, penyiksaan, pembersihan etnis dan pemindahan paksa. Meskipun banyak wilayah Suriah utara telah dibersihkan dari teroris melalui operasi militer Turki, PKK terus mengganggu perdamaian dengan menyusup ke daerah-daerah yang telah dibebaskan.

Penggunaan tentara anak oleh YPG / PKK telah berulang kali didokumentasikan dan dikritik oleh organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch (HRW).

Kelompok teroris ini dilaporkan menipu keluarga untuk menyerahkan anak-anak mereka atau langsung menculik mereka, membawa mereka ke kamp-kamp pelatihan di mana mereka ditolak kontak dengan keluarga mereka. HRW mendokumentasikan bahwa kelompok teroris terus merekrut anak-anak meskipun ada keberatan dari keluarga dan mencegah orang tua berhubungan dengan anak-anak mereka.

Dalam Trafficking in Persons Report 2020 yang diterbitkan pada 26 Juni, Departemen Luar Negeri AS juga mengatakan organisasi teroris telah memaksa anak-anak untuk bertarung.

PKK (Partiya Karkeren Kurdistane) atau Partai Buruh Kurdistan adalah kelompok teroris yang berideologi Marxisme-Leninisme, didirikan pada tahun 1970-an.

Organisasi ini semula dibentuk untuk memperjuangkan hak berpolitik masyarakat Kurdi di Turki. Namun belakangan bertujuan mendirikan negara Kurdi yang merdeka.

Sementara itu, YPG merupakan milisi Satuan Perlindungan Rakyat (Yekineyen Parastina Gel) yang didirikan pada 2003. Mereka mengendalikan sebagian besar wilayah Rojava, yaitu wilayah Suriah utara yang didominasi oleh suku bangsa Kurdi.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya