Berita

Ketua Dewan Pengurus LP3ES Didik J Rachbini/Net

Politik

LP3ES: Kemarahan Jokowi Tidak Ada Artinya, Bikin Ekonomi Makin Tak Efisien

SENIN, 06 JULI 2020 | 22:52 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Pidato marah-marah Presiden Joko Widodo dalam rapat kabinet 18 Juni lalu nonsense, alias tak ada artinya atau berpengaruh kepada kinerja pemerintahan saat ini, khususnya terkait capaian perekonomian domestik.

Begitulah yang diungkapkan Ketua Dewan Pengurus LP3ES Didik J Rachbini dalam diskusi daring bertemakan, "Memaknai Kemarahan Jokowi: Analisa Big Data dan Budaya Politik", Senin (6/7).

"Jadi hubungan antara marah dengan kinerja tidak ada. Ini relatif sangat berat (perekonomian RI). Dan menurut saya ini sangat krusial," ujar Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia ini.

Dalam catatannya, Didik J Rachbini membeberkan sejumlah indikator perekonomian dalam negeri dimasa pemerintahan Jokowi.

Ia menyebutkan, rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kini telah diatur seenaknya oleh pemerintah, karena dikeluarkannya Perppu 1/2020 dan telah disahkan menjadi UU 2/2020, menghasilkan beban utang yang cukup tinggi.

Didik J Rachbini mencatat, dalam beberapa minggu saja utang Indonesia naik sekian ratus triliun rupiah, karena defisit APBN dinaikkan hingga ke angka 6 hingga hampir 7 persen.

"Surplus defisit anggaran itu 852 (triliun rupiah), itu defisitnya. Mulanya 545 (triliun rupiah), lalu hanya beberapa minggu naik 852 (triliun rupiah). Kalau tidak terkendali itu bisa menjadi seribu triliun (rupiah)," ungkapnya menyesali.

Tak hanya itu, Didik juga menyebutkan bahwa keseimbangan primer, atau selisih total pendapatan negara dikurangi belanja negara diluar pembayaran bunga utang, negatif. Di mana capaian pemerintahan saat ini lebih rendah dari pemerintahan diera sebelum Jokowi.

Karena ini juga akhirnya warisan hutang untuk presiden dan generasi bangsa selanjutnya semakin tinggi.

"Selama berpuluh-puluh tahun keseimbangan primer itu tidak negatif. Baru sekarang ini negatifnya ampun-ampunan, jumlahnya sangat besar. 2020 itu 500 triliun (rupiah). Nah ini kan membikin APBN seperti ngawur-ngawuran. Dengan alasan untuk covid, tapi implementasinya sendiri rendah," ungkap Didik J Rachbini.

"Analisis saya pemerintah sekarang, presiden, semakin lama semakin membikin ekonimi tidak efisien. ICOR-nya 6,4 persen. Berarti untuk naikan 1 persen pertumbuhan ekonomi diperlukan 6,4 persen tambahan modal. Zaman pak Harto dulu 4 persen. Jadi ini makin boros dan semakin defisit," pungkasnya.  

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya