Berita

Pamong Praja Muda IPDN/Net

Politik

Kemendagri: Pengusul Swastanisasi IPDN Tidak Paham Sejarah Bangsa

KAMIS, 25 JUNI 2020 | 20:14 WIB | LAPORAN: IDHAM ANHARI

Dalam rapat koordinasi antara Komisi II DPR dan Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, anggota Komisi II dari Fraksi Partai Demokrat, Wahyu Sanjaya mengusulkan agar Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) menjadi perguruan tinggi swasta. Alasannya, anggaran IPDN cukup boros mencapai Rp 539 miliar dan tidak efektif.

Atas usulan itu, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pun angkat suara. Menurut Kepala Pusat Penerangan Kemendagri yang juga Plt Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri (Plt Dirjen Polpum Kemendagri), Bahtiar, usulan itu terlalu mengada-ada.

Bahkan, yang mengusulkan seperti tidak paham akan sejarah berdirinya sekolah penghasil pamong tersebut. Anggota DPR yang usulkan itu, juga sepertinya tidak melihat realitas yang ada di lapangan.

"Saya pikir yang mengusulkan itu seperti tidak mengerti mengerti sejarah pemerintahan Indonesia, khususnya sejarah dibentuknya IPDN," kata Bahtiar, di Jakarta, Kamis (24/6).

Karenanya, Bahtiar menyayangkan ada anggota dewan yang mengusulkan agar IPDN dijadikan perguruan tinggi swasta. Kata dia, yang mengusulkan sama saja tidak menghargai para pendiri bangsa.

Sekolah tinggi penghasil pamong itu, adalah jerih payah dari Bung Karno, Presiden RI pertama. Pada 17 Maret 1956, sekolah penghasil pamong yang sekarang bernama IPDN diresmikan oleh Bung Karno di Malang, Jawa Timur. Sejak saat itu, IPDN berkiprah, menghasilkan para pamong pelayan rakyat.

"Jadi sejak awal kemerdekaan, para pamong praja lulusan IPDN telah melaksanakan pengabdiannya kepada bangsa dan negara, dan lulusannya sudah tersebar di seluruh Indonesia," katanya.

Dari sejak berdiri, lanjut Bahtiar, IPDN telah memberikan kontribusinya untuk bangsa, untuk negara. Jadi perekat republik. Lulusan IPDN, banyak yang kemudian di tempatkan di pelosok-pelosok negeri yang susah akses. Di perbatasan, di pulau-pulau terluar. Mereka, siap di tempatkan di mana saja. Di daerah terpencil sekali pun.

"Makanya saya menyayangkan usulan itu. Yang mengusulkan itu seperti  tidak memahami filosofi pamong praja," kata dia.

Sejarah pula yang mencatat, ketika Indonesia baru saja merdeka, birokrasi belum terbangun, maka Bung Karno menginisiasi pembentukan IPDN, yang kemudian jadi andalan untuk membangun birokrasi di Tanah Air di awal-awal kemerdekaan. Artinya, jika melihat sejarah, para praja lulusan IPDN itulah yang bisa dikatakan, ikut andil di awal kemerdekaan dalam membangun birokrasi di Indonesia hingga saat ini.

"Saya beri tahu pernyataan tersebut melukai kehormatan para pamong praja dan purna bakti pamong praja telah tulus mengabdi kepada negara ini," cetusnya.

Kini, semua lulusan IPDN, tersebar di seluruh Indonesia. Dari mulai pelosok negeri yang terpencil, hingga ke pusat pemerintahan. Hampir di semua lembaga, ada lulusan IPDN yang mengabdi. Bahkan di KPK pun, ada alumni IPDN. Artinya, ini bukti jika lulusan IPDN bisa mengabdi di mana saja.

Sementara itu, Dirjen Otonomi Daerah, Kemendagri, Akmal Malik yang juga Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan (IKAPTK) yang menaungi semua alumni Kursus KDC, APDN, IIP dan IPDN, menanggapi bijak pernyataan anggota Komisi II tersebut.

Kata Akmal, IPDN itu hadir karena kebutuhan negara dan pemerintahan yang memerlukan kader-kader pemerintahan dalam negeri yang memiliki kualifikasi khusus. Jadi sama halnya ketika kepolisian membutuhkan polisi yang memiliki kualifikasi khusus, maka dibentuklah Akpol. Atau saat TNI membutuhkan perwira-perwira dengan kualifikasi khusus, mereka dididik di Akabri.

" Jelas, untuk mendidik mereka semuanya membutuhkan anggaran negara, karena lulusannya bekerja untuk menjaga keutuhan negara dan menjalankan roda pemerintahan bersama-sama dengan lulusan sekolah kedinasan maupun non kedinasan lainnya," ungkapnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya