Berita

Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah/Net

Politik

Fahri Hamzah: Buzzer Enggak Perlu Ditakuti, Yang Penting Negara Jangan Terlibat

SABTU, 20 JUNI 2020 | 18:38 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Ruang digital atau media sosial sedianya dijadikan medium pendewasaan kehidupan berdemokrasi. Pembatasan medsos tidak perlu dilakukan oleh pemerintah, apalagi untuk mengekang kebebasan berpendapat warga negaranya.

Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah saat mengisi diskusi daring #SolusiUntukNegeri dengan topik "Antara Riuh-Keruh Medos dan Kebebasan Berpendapat. Bagaimana Menertibkan?", Sabtu (20/6).

"Sosmed sebagai fenomena baru. Menurut saya, meskipun itu adalah fenomena baru tapi sosmed tidak harus dianggap mengancam, justru sosmed itu adalah satu medium pendewasaan yang lebih cepat dan masif," kata Fahri Hamzah.

Menurut dia, apabila ada warga negara yang menyampaikan kritiknya kepada pemerintah maka harusnya diapresiasi dan disyukuri oleh pemerintah. Dengan kata lain, tidak perlu disikapi secara berlebihan oleh pemerintah.

"Ada diantara pemimpin kita, elite-elite kita yang mencoba untuk mengambil kesempatan mengintroduksi tentang ide-ide pembatasan kebebasan itu. Nah itulah yang nampak," sesalnya.

Termasuk, fenomena akun robot atau buzzer yang dianggap memiliki misi terselubung sekalipun tidak perlu ditakuti. Terpenting, kata Fahri Hamzah, pemerintah tidak telibat dalam fenomena buzzer itu sendiri.

"Jadi gini, buzzer lawan buzzer atau buzzer lawan orang di sosmed itu adalah kebebasan. Enggak perlu ditakuti, dia berbayar enggak berbayar itu bukan urusan kita," paparnya.

"Yang paling penting negara jangan terlibat. Misalnya di dalam fenomena saling lapor akhirnya orang melihat kalo si A melapor dari kubu A itu lambat. Tapi kalo si B melapor dari yang ada hubungannya dengan pemerintah itu cepat. Nah itu artinya negara terlibat," imbuhnya menegaskan.

Sambungnya, apabila negara terlibat dengan buzzer, maka akan berdampak serius pada potensi perpecahan diantara elemen-elemen masyarakat.

"Negara jangan terlibat, sebab itu akan menjadi awal sengketa dan perang saudara. Biarin aja orang bebas, biarkan orang untuk menyatakan pendapat, bahkan kalau bisa, negara melerai orang-orang yang saling berantem," pungkasnya.

Populer

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Panglima TNI Diminta Tarik Anggota Puspom dari Kejagung

Selasa, 28 Mei 2024 | 18:58

Produksi Film Porno, Siskaeee Cs Segera Disidang

Rabu, 22 Mei 2024 | 13:49

Topeng Mega-Hasto, Rakus dan Berbohong

Kamis, 23 Mei 2024 | 18:03

IAW Desak KPK Periksa Gubernur Jakarta, Sumbar, Banten, dan Jateng

Senin, 20 Mei 2024 | 15:17

Pj Gubernur Jabar Optimistis Polisi Mampu Usut Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Kamis, 23 Mei 2024 | 06:48

Pj Gubernur Jabar Ingatkan Dishub Tidak Ada Suap dan Pungli dalam Uji KIR

Senin, 27 Mei 2024 | 19:31

UPDATE

Pemuda Nusantara Minta Ada Tindakan Hukum pada Produsen Oli Palsu

Kamis, 30 Mei 2024 | 20:05

Peran Raja Maroko untuk Palestina Disorot Selama Pertemuan Bahrain

Kamis, 30 Mei 2024 | 20:03

Mabes Polri Mengaku Belum Terima Draf RUU Kepolisian

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:54

Mahasiswa Sumut-Jakarta Dukung Duet Bobby-Teguh

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:44

NU Circle Kritik Buku Panduan Kemdikbud Berisi Kekerasan Seksual, Pedofilia, dan LGBT

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:42

Prajurit Petarung Marinir Terjang Ombak Pantai Selatan

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:33

Tekan Emisi Karbon, SMI Biayai Proyek Perubahan Iklim Rp141,7 Triliun

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:19

David Herson Siap Nakhodai HIPKI

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:18

Kapolri Lantik Pamen dan Pati Naik Pangkat, Ini Daftarnya

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:16

Employee Experience Awards 2024 Beri Penghargaan kepada Perusahaan Indonesia

Kamis, 30 Mei 2024 | 19:05

Selengkapnya