Berita

Direktur Eksekutif Kedai Kopi, Kunto A. Wibowo saat jadi narasumber di Webinar bertema "menakar peta politik 2024/Repro

Politik

Refleksi Pilpres 2004, Apakah 2024 Nanti PDIP Dihukum Oleh Pemilih?

SABTU, 20 JUNI 2020 | 01:56 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Tren pemilih di Indonesia dinilai rasional setiap 10 tahun sekali dalam Pemilihan Umum (Pemilu) untuk menghukum partai politik dan calon Presiden yang dianggap sudah tidak sesuai dengan keinginan rakyat.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Kedai Kopi, Kunto A Wibowo saat diskusi webinar dengan judul "Menakar Peta Politik 2024" yang diselenggarakan oleh Political and Public Policy Studies (P3S), IB dan Pewarna pada Jumat (19/6).

Menurut Kunto, pemilih di Indonesia dinilai cukup rasional karena setiap 10 tahun sekali berganti rezim penguasa dari partai yang berbeda.


"Prediksi dilihat dari tren, trennya cukup menggembirakan sebenarnya, pemilih di Indonesia itu cukup rasional tiap 10 tahun sekali, jadi tiap pergantian rezim 10 tahun sekali pemilih di Indonesia rasional," ucap Kunto A Wibowo, Jumat (19/6).

Kunto menjelaskan, pada Pilpres 2004, Megawati Soekarnoputri digeser posisinya sebagai Presiden oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sehingga, kekuasaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) digeser oleh Partai Demokrat.

"Kita mulai pertamanya ketika Megawati berkuasa di tahun 2004, pemilih menghukum mereka, pemilih menghukum PDIP dan Megawati dan akhirnya yang jadi pemenang Demokrat dan SBY. Dihukum karena harga BBM naik, tapi ini salah satu faktor," jelas Kunto.

Kemudian sambung Kunto, pada 2014 giliran Partai Demokrat dan SBY yang dihukum oleh pemilih. PDIP kembali berkuasa dengan Joko Widodo yang menjadi presidennya.

Sehingga, tren tersebut kemungkinan besar akan kembali terjadi pada Pilpres 2024 nanti saat melihat tren pemilih di Indonesia yang cukup rasional.

"Kita lihat apakah di 2024 nanti PDIP dihukum oleh pemilih? Dan pemilih akan mengganti partai politik yang punya kursi terbanyak di DPR," pungkas Kunto.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Slank Siuman dari Jokowi

Selasa, 30 Desember 2025 | 06:02

Setengah Juta Wisatawan Serbu Surabaya

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:30

Pilkada Mau Ditarik, Rakyat Mau Diparkir

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:19

Bukan Jokowi Jika Tak Playing Victim dalam Kasus Ijazah

Selasa, 30 Desember 2025 | 05:00

Sekolah di Aceh Kembali Aktif 5 Januari

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:50

Buruh Menjerit Minta Gaji Rp6 Juta

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:07

Gegara Minta Duit Tak Diberi, Kekasih Bunuh Remaja Putri

Selasa, 30 Desember 2025 | 04:01

Jokowi-Gibran Harusnya Malu Dikritik Slank

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:45

Pemprov DKI Hibahkan 14 Mobil Pemadam ke Bekasi hingga Karo

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:05

Rakyat Tak Boleh Terpecah Sikapi Pilkada Lewat DPRD

Selasa, 30 Desember 2025 | 03:02

Selengkapnya