Berita

Mural George Floyd tersebar di kota-kota Amerika Serikat sebagai protes aksi rasial oleh oknum polisi setempat/Net

Pertahanan

Persoalan Rasisme Di Amerika Serikat Tidak Bisa Disamakan Dengan Separatisme Di Papua

SENIN, 15 JUNI 2020 | 15:33 WIB | LAPORAN: IDHAM ANHARI

Peneliti Fellow Layola University Chicago, Ratri Istiana mengajak seluruh masyarakat Indonesia memahami konteks aksi protes ketidakadilan rasial yang terjadi di Amerika Serikat beberapa minggu terakhir ini.

Menurutnya Ratri, gerakan-gerakan turun ke jalan yang terjadi di Amerika Serikat hanya ingin menyampaikan pesan secara universal.

“Ini penting agar jangan mencampuradukan isu rasialisme di Amerika Serikat dengan separatisme di Papua,” kata Ratri dalam Webinar bertajuk “Papua Bukan Minessota,” Senin (15/6).

Menurut Ratri, dari hasil melihat langsung gerakan-gerakan protes yang terjadi di Amerika Serikat, hanya bertujuan untuk menyampaikan bahwa demokrasi adalah nilai yang harus dijunjung tinggi.

Kemudian, sambung Ratri, aksi-aksi protes yang dilakukan di Amerika Serikat hanyalah untuk menyuarakan ketidakadilan rasial yang mengedepankan semangat persatuan, bukan justru memecah belah warga.

Dan, pesan lain yang ingin disampaikan dalam aksi-aksi di Amerika itu salah satunya, untuk menghimbau pemerintah, rakyat dan organisasi masyarakat agar bersatu padu.

“Dengan demikian, permasalahan separatisme di Papua tidak bisa disamakan lewat isu rasialisme di Amerika Serikat,” tekan Ratri.

Ratri kemudian menegaskan bahwa isu rasialisme di Amerika Serikat, tidak bisa diimpor ke Indonesia dengan memanfaatkan Papua.

Kata Ratri, karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan budaya. Setidaknya terdapat, 1.331 kelompok etnis dan 700 bahasa daerah ditambah enam agama yang hidup secara berdampingan.

“Artinya kita menyepakati NKRI itu dibangun oleh kesepakatan bersama dari berbagai etnis. Mereka bersepakat untuk bersatu dalam wadah NKRI. Kita bukan holding together seperti Amerika Serikat yang terdiri dari masyatakat yang independen dan bersepakat dalam bentuk federasi,” urai Ratri.

Kemudian, bingkai NKRI itu dorong untuk membangun semangat menanamkan nasionalisme sipil bukan nasionalisme etnik nasionalime yang berdasarkan identitas membedakan satu dan lainya atau menekankan adanya mayoritas dan minoritas.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya