Berita

Harun Masiku/Net

Hukum

Jaksa KPK Cecar Nurhasan Terkait Perintah Agar Harun Masiku Merendam Handphone

KAMIS, 11 JUNI 2020 | 17:58 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Sosok pria yang ditelfon dan ditemui Nurhasan di hari operasi penangkapan Wahyu Setiawan selaku Komisioner KPU RI pada Rabu (8/1) merupakan Harun Masiku.

Nurhasan sendiri merupakan security Satgas Kantor DPP PDIP yang bersaksi untuk terdakwa Wahyu Setiawan dan Agustiani Tio Fridelina selaku Kader PDIP di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (11/6).

Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendalami adanya pertemuan Nurhasan dengan tersangka Harun Masiku yang hingga saat ini menjadi buronan.


Pertemuan itu terjadi pada saat hari penangkapan Wahyu, yakni pada Rabu (8/1).

Awalnya, Jaksa Moch. Takdir Suhan mendalami adanya sebuah kejadian yang di alami oleh Nurhasan pada hari itu.

Saksi Nurhasan membenarkan bahwa ia di datangi oleh dua orang pria berbadan tegap saat berjaga di pos jaga Rumah Aspirasi.

Pada saat itu, Nurhasan mengaku tidak mengenal kedua orang tersebut. Bahkan, kedua orang tersebut tidak menyebutkan identitas dan menjelaskan maksud tujuannya saat ditanya oleh Nurhasan.

Kedua orang itu hanya menyebut nama seseorang, yakni Harun Masiku. Namun, Nurhasan mengaku tidak mengenal nama Harun Masiku.

Kedua orang tersebut, kata Nurhasan, masuk ke dalam pos tanpa izin dan langsung mengambil handphone milik Nurhasan yang sedang di charger.

Kedua orang tersebut langsung menelepon seseorang menggunakan handphone milik Nurhasan dan meminta dia berbicara dengan seseorang yang ditelfon itu.

Saat menelepon itu, Nurhasan mengaku tidak mengenal sosok yang sedang berbicara dengan dirinya. Ia hanya diminta untuk bertemu di Jalan Cut Meutia.

Selanjutnya dengan menggunakan sepeda motor dan dikawal oleh kedua orang tersebut yang juga menggunakan sepeda motor, Nurhasan menuju Jalan Cut Meutia.

Saat tiba, Nurhasan ditinggal sendirian. Sedangkan kedua orang tersebut berhenti dari jarak jauh sambil memantau Nurhasan.

Selang waktu sekitar 30 menit, seseorang datang dengan menggunakan mobil dan menyerahkan sebuah tas yang mirip seperti tas laptop kepada Nurhasan.

Pada saat itu, Nurhasan pun tidak mengetahui sosok yang ada di dalam mobil tersebut lantaran dalam mobil dalam kondisi gelap dari cahaya.

Setelah menerima tas itu, Nurhasan kembali jalan dan tak jauh dari lokasi bertemunya itu, kedua orang tersebut langsung mengambil tas yang diterima Nurhasan tadi.

Nurhasan pun mengaku langsung menuju Rumah Aspirasi untuk kembali berjaga lantaran sedang tidak ada orang.

Namun demikian, Jaksa Takdir pun akhirnya menunjukkan sebuah foto kepada Nurhasan agar dia mengingat sosok yang ditelfon dan ditemui di Jalan Cut Meutia.

Awalnya, Jaksa Takdir menunjukkan sebuah foto Harun Masiku kepada Nurhasan di hadapan Majelis Hakim. Namun Nurhasan, tidak memastikan bahwa Harun Masiku merupakan sosok yang dia temui.

"Agak-agak mirip sih pak, kayanya pak," jawab Nurhasan.

Selanjutnya, Jaksa Takdir pun membacakan keterangan yang disampaikan Nurhasan kepada penyidik saat menjadi saksi di KPK.

"Izin Majelis, ini saksi diawal sudah saya tanyakan sempat di BAP dan tadi sebelum menandatangani dibaca dan di paraf tidak ada tekanan. Izin Majelis ini di BAP saksi di nomor 8 bahwa betul saksi pada saat di penyidik disampaikan bahwa ditanyakan juga bahwa yang ditelfon di malam itu di dalam pos jaga adalah Harun Masiku?," tanya Jaksa Takdir kepada Nurhasan.

"Iya orang dua itu menyebut Pak Harun tapi kan saya gak tau awalnya ketemu sama siapa gitu pak," jawab Nurhasan.

Tak sampai disitu, Jaksa Takdir pun kembali mempertegas sosok foto Harun Masiku yang ditunjukkan di hadapan Majelis Hakim tersebut merupakan sosok yang bertemu dan memberikan sebuah tas laptop kepada Nurhasan saat di Jalan Cut Meutia.

"Kemudian apakah foto yang saya tunjukkan apakah betul demikian itu juga Harun Masiku yang dimaksud?" tanya Jaksa.

"Kalau dari ini sih agak-agak mirip pak," jawab Nurhasan.

Selanjutnya, Jaksa Takdir pun kembali menegaskan keterangan saksi yang ada di BAP tersebut.

"Bahwa yang tadi telfon itu setelah di penyidikan bahwa di sini adalah Harun Masiku apakah demikian?" tanya Jaksa Takdir dan diamini oleh Nurhasan.

Kemudian, Jaksa Takdir membacakan BAP saksi Nurhasan saat memberikan keterangan kepada penyidik di KPK.

"Kemudian di BAP saksi ini ada komunikasi saksi telfon tadi masih ingat apa yang dibicarakan dengan Harun Masiku pada saat itu? Ini saya mengikuti apa yang saksi yang sudah saksi sampaikan di BAP ya, apakah saksi pernah menyampaikan, "pak ini ada amanat", saksi yang mengatakan demikian?" tanya Jaksa Takdir dan di amini Nurhasan.

"Kemudian dijawab oleh Harun Masiku "iya"?," kembali tanya Jaksa dan kembali diamini Nurhasan.

"Kemudian di sini saksi apakah sempat menyampaikan bilang "Bapak (Harun) handphonenya harus direndam air terus bapak standby di DPP"?" tanya Jaksa.

"Aduh lupa saya pak," jawab Nurhasan.

"Tapi di BAP betul ya saksi pernah menyampaikan bahwa bilang "bapak handphonenya harus di rendam di air terus bapak standby di DPP"?" kata Jaksa Takdir menegaskan.

"Lupa saya pak, kayanya iya kaya gitu dah pak, kayanya," jawab Nurhasan.

Jaksa Takdir pun kembali melanjutkan membeberkan percakapan tersebut.

"Saya ingatkan, kemudian disebut oleh Harun Masiku "iya oke disimpan dimananya?", kemudian saksi jawab lagi "direndam di air pak di air ya pak di air pak". Betul ya ada ucapan itu ya?" terang Jaksa.

"Iya pak itu di suruh sama yang nuntun itu pak, dua orang itu pak," ungkap Nurhasan.

"Disini saksi menjawab " Gak tau deh saya, bilangnya di rendam aja". Nah selanjutnya Harun Masiku bilang gini aja "Pak Hasan segera ini itu kita ke itu ke apa namanya aduh". Kemudian saksi lagi "halo pak" nah dijawab lagi oleh Harun Masiku "naik motor aja pak". Ada penyampaian demikian?," tanya Jaksa dan dibenarkan Nurhasan.

"Saksi lagi "kemana?" menanyakan, dijawab oleh Harun Masiku "itu yang rumah dekat samping di situ". Betul ada penyampaian demikian?" sambung Jaksa Takdir dan Nurhasan mengaku lupa.

Jaksa kembali menegaskan percakapan tersebut setelah Nurhasan mengaku lupa.

"Tapi di BAP betul ya?," tanya Jaksa dan dijawab iya oleh Nurhasan.

Jaksa pun akhirnya melanjutkan membeberkan percakapan antara Harun dan Nurhasan tersebut.

"Ini saksi yang ngomong, "Pinggir sini pak kali" kemudian oleh Harun Masiku "iya yang 20 itu", kemudian saksi lagi "iya pak" langsung dijawab (Harun) lagi bilang "eh yang nomor 10 itu atau di DPP?". Kemudian saksi, "ketemuan disitu aja soalnya di SS gak ada orang pak, saya gak bisa tinggal". SS ini apa saksi?" terang Jaksa Takdir.

SS yang dimaksud Nurhasan ialah sebuah nama Jalan yakni Jalan Sultan Syahrir yang merupakan alamat Rumah Aspirasi PDIP.

"Kemudian Harun Masiku, "Bapak di mana?" Kemudian saksi jawab "bapak lagi di luar"," tanya Jaksa.

Kemudian, Nurhasan menjelaskan bahwa "bapak" yang dimaksud ialah kedua orang yang tidak dikenal tersebut yang menghampiri Nurhasan.

"Kemudian disini dijawab lagi oleh Harun Masiku "bapak mau kemana?". Disini saksi "perintahnya Pak Harun suruh standby di DPP lalu handphonenya harus direndam di air". Betul demikian?" tanya Jaksa.

"Saya lupa pak itu," jawab Nurhasan.

Mendengar jawab Nurhasan yang kembali untuk lupa, Jaksa Takdir pun kembali melanjutkan percakapan tersebut.

"Kemudian dijawab lagi oleh Harun Masiku "dimananya?" kemudian di sini saksi "terserah bapak, apa saya mau rendemin apa gimana?". Betul saksi sempat menyampaikan ini?," tanya Jaksa.

Dan lagi-lagi Nurhasan mengaku lupa lantaran hanya mengikuti ucapan yang diarahkan oleh kedua pria berbadan tegap itu.

"Lupa saya pak, pokoknya saya ikut arahan dua orang itu aja pak," jelasnya.

"Kemudian disini Harun masiku, "bapak meluncur sekarang saya tunggu di dekat Teuku Umar naik motor aja"," ungkap Jaksa dan Nurhasan membenarkan.

"Nah kemudian saksi jawab "yang dipompa bensin yang dekat Hotel sofyan, oh Cut Meutia?" kemudian Harun Masiku "sekarang berangkat ya", kemudian saksi jawab "iya"," ungkap Jaksa.

Dan akhirnya, Nurhasan membenarkan percakapan tersebut merupakan yang disampaikannya kepada penyidik KPK saat di BAP.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya