Berita

Anggota Komisi III DPR Fraksi PKS, M. Nasir Djamil/Net

Politik

PT 20 Persen Harus Direvisi, Agar Tidak Mematikan Calon Pemimpin Berkualitas

RABU, 10 JUNI 2020 | 17:59 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Tingginya ambang batas pencapresan atau presidential treshold (PT) 20 persen sebagaimana telah dimasukkan dalam pembahasan RUU Pemilu yang tengah digodok di Komisi II DPR, dinilai perlu ditinjau ulang.

Pasalnya, tingginya angka PT tersebut akan membatasi para calon presiden dan wakil presiden yang berkualitas untuk mencalonkan diri. Namun begitu, bukan berarti PT dihilangkan dalam menjaring calon berkualitas itu.

Demikian disampaikan anggota Komisi III DPR Fraksi PKS, M. Nasir Djamil saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (10/6).

"Jadi memang PT itu penting ya cuma angkanya harus ideal juga sehingga kemudian tidak mematikan peluang calon-calon yang berkualitas," ujar Nasir Djamil.

Menurut dia, PT tetap harus ada untuk melakukan screening para calon presiden maupun wakil presiden yang ingin maju pada ajang pilpres. Karenanya, PT tidak boleh dihilangkan alias sampai 0 persen.

"Kalo 0 persen parpol kehilangan marwah dong, partai gak ada lagi dong, padahal parpol dibentuk tujuannya untuk melakukan kaderisasi dan menempatkan kadernya di wilayah publik. Jadi, walaupun memang semua partai bisa mengajukan calon tapi nanti (kalau 0 persen) yang terjadi hiruk-pikuk," tuturnya.

Lebih lanjut, Nasir Djamil menyatakan bahwa PT 20 memang dinilai terlalu tinggi. Namun, dia tidak bisa mematok angka yang ideal untuk PT tersebut.

Sebab, lanjut Nasir Djamil, berangkat dari landasan dan praktik demokrasi di tanah air pun belum ideal.  

"Iya harus ditinjau ulanglah angka 20 persen itu. Kalau bicara idealnya berapa sulit kita bicara ideal karena demokrasi kita belum ideal," ucapnya.

"Yang penting bagaimana muncul kualitas kepemimpinan kedepan," demikian Nasir Djamil menambahkan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya