Berita

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon/Net

Politik

Rakyat Hanya Sebatas Angka, Demokrasi Indonesia Dikendalikan Cukong

SELASA, 09 JUNI 2020 | 16:39 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Bukan hanya pemaknaan demokrasi yang hanya prosedural, tetapi biaya demokrasi di Indonesia yang sangat mahal juga menjadi catatan serius bagi keberlangsungan demokratisasi di tanah air.

Hal itu dinilai semakin menyuburkan para "cukong", yakni pengusaha atau pemilik perusahaan besar yang selalu bermain dibalik agenda politik.

Misalnya, dalam Pemilu Presiden (Pilpres), Pilkada, Pileg, Pemilihan DPD, hingga DPRD Kabupaten Kota.

Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon saat mengisi diskusi daring bertajuk "Menyoal RUU tentang Pemilu dan Prospek Demokrasi Indonesia", Selasa (9/6).

"Kita sebetulnya tidak mau bangun demokrasi yang benar-benar subtantif, banyak mengakali UU untuk kepentingan jangka pendek dan ini yang terjadi, persoalan demokrasi kita ini hanya prosedural," ujar Fadli Zon.

"Membuat demokrasi kita yang mahal dan sangat mahal. Di dalam pertarungan untuk jabatan publik misalnya Presiden, DPR RI, Gubernur, DPRD Provinsi Kabupaten/Kota dst. Ini menjadi battle of billioner, menjadi pertarungan orang punya uang, orang-orang kaya mempunyai modal atau orang-orang yang punya cukong," sambungnya.

Menurut mantan Wakil Ketua DPR RI ini, imbas dari biaya demokrasi tersebut sangat luar biasa. Karenanya, tidak heran apabila demokrasi di Indonesia hanyalah demokrasi prosedural atau sejatinya memang tidak demokratis.

"Sehingga demokrasi kita menjadi demokrasi yang dikendalikan oleh Cukong sebetulnya kalau mau jujur bicara. Baik itu tuk Pilpres maupun lain-lain. Sangat sedikit case yang tak terkait dengan itu," ungkapnya.

Atas dasar itu, lanjut Fadli Zon, jangan heran apabila para cukong bisa 'bermain' dengan sembilan partai politik yang ada di Indonesia. Selanjutnya, kedaulatan rakyat itu sendiri menjadi tidak ada dan pada akhirnya mengarah pada oligarki kekuasaan.

"Kalau demokrasi kita ini demokrasi yang disponsori para cukong, apa yang bisa diharapkan?" tanyanya.

"Akhirnya adalah terjadi sebuah oligarki, mereka yang punya kepentingan di Indonesia cukup memegang 9 parpol. Pegang saja 9 orang plus beberapa. Jadi tidak ada namanya rakyat itu, rakyat itu hanya jadi angka-angka saja," pungkasnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya