Berita

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon/Net

Politik

Fadli Zon: Demokrasi Kita Abal-abal

SELASA, 09 JUNI 2020 | 16:16 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Penerapan demokrasi di tanah air tidak menunjukkan esensi dari demokrasi itu sendiri.

Merujuk RUU Pemilu yang saat ini tengah digodok di DPR dan menuai beragam reaksi, seolah menunjukkan ekspresi demokrasi sejatinya tidak demokratis.  

Begitu kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon saat mengisi diskusi daring bertajuk "Menyoal RUU tentang Pemilu dan Prospek Demokrasi Indonesia", Selasa (9/6).

"Pembicaraan tentang demokrasi itu tentu harus melalui suatu proses, filosofinya dulu dasarnya ini apa? Kita mau ke mana kan demokrasi kita ini? Baru kemudian bicara tentang sistem-sistem itu (RUU Pemilu)," ujar Fadli Zon.

Fadli Zon mengatakan, jika menyoal demokrasi yang hanya mengacu pada aturan Pemilu dan selalu berubah-ubah setiap periodenya, itu terlalu dangkal.

Sebab, dalam RUU Pemilu itu seolah hanya membahas yang bersifat jangka pendek semata.  

"Kita ini terbalik kita bicara tentang hal-hal yang sangat teknis tentang sistem-sistem itu, berdasarkan kekuatan-kekuatan dan tarik-menarik kepentingan politik jangka pendek. Dan tidak bicara tentang substansi. Bicaranya itu adalah bagaimana soal menang ya," jelasnya.

Menurut mantan Wakil Ketua DPR RI ini, demokrasi di tanah air hanya seremonial belaka. Karena secara substansi praktek demokrasi di Indonesia masih belum demokratis.

"Sebenarnya Indonesia kalau mau dibilang sebagai negara demokrasi, demokrasi di kita ini demokrasi abal-abal sebetulnya. Jadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan di dalam perubahan reformasi dulu dan sebagainya," ucapnya.

Hal itu terlihat dari hilangnya kedaulatan rakyat. Kata Fadli Zon, yang ada hanyalah daulat partai politik lantaran sistemnya dibuat sedemikian rupa untuk menghilangkan kedaulatan rakyat itu sendiri.  

"Daulat rakyat itu tidak terlihat, memang terlalu dominan daulat partai. Partai politik adalah instrumen penting dalam demokrasi karena disitu menjadi tools," katanya.

"Tetapi karena sistemnya juga dibuat sedemikian rupa untuk membatasi orang-orang berpartisipasi terutama bukan Hak untuk memilih tetapi hak untuk dipilih," tandasnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya