Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Menunggu Debat LBP-Rizal Ramli

SELASA, 09 JUNI 2020 | 14:18 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

DI DEN HAAG Belanda pada 1925 beredar brosur yang menyebut ciri-ciri primitif inlanders yang ditulis seorang dokter jiwa terkenal.

Dr Van Loon ini menyebut orang Indonesia semua bodoh, tak sanggup berdebat. Otaknya primitif dan tak mampu menerima pendidikan.

Isi brosur Van Loon menimbulkan kemarahan mahasiswa Indonesia di Perhimpunan Indonesia, sehingga menunjuk dr Latumeten* untuk menantang Van Loon berdebat.


Sanggahan Latumeten sangat ilmiah, tajam, dan jitu.

Kesimpulannya: brosur Van Loon telah memperkosa ilmu psychiatri dan bermotif politik kolonial agar dunia luar memandang bangsa kita primitif, sehingga membenarkan penjajahan Belanda.

Tujuan debat adalah untuk membuktikan kebenaran dengan argumentasi berbasis data dan fakta.

Sulit dibayangkan apabila basis perdebatan hanya mengandalkan otot, ancaman, dan teror. Atau menggunakan cara-cara buzzeRp yang hanya mampu memfitnah, membunuh karakter, menghasut, memecah belah persatuan dan toleransi.

Hasilnya adalah rusaknya demokrasi dan kehancuran bangsa.

Founding fathers juga mengedepankan dialektika pemikiran dalam memerdekakan bangsa.

Risalah-risalah Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan misalnya, isinya adalah perdebatan yang menggambarkan dialektika pemikiran bermutu.

Gagasan tokoh pergerakan, M Adamsyah Wahab, yang mendorong perlunya debat publik antara Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (LBP) dengan tokoh bangsa Dr Rizal Ramli, sebagaimana diberitakan media massa, harus diletakkan sebagai upaya meneruskan tradisi kebangsaan yang bermartabat seperti itu.

Selain juga sebagai pemecah kebuntuan dari macetnya berbagai persoalan bangsa saat ini. Tatkala kebebasan bersuara dan menyalurkan aspirasi dibungkam dan distigmatisasi melalui berbagai perangkat kekuasaan secara sangat arogan dan penuh ketidakadilan.

Kita semua menunggu debat publik antara LBP dan tokoh bangsa Dr Rizal Ramli.

Menunggu hadirnya kebenaran yang membuka matahati, dan kembalinya kemerdekaan serta kedaulatan negeri ini.

Note *: Dr Latumeten, ahli ilmu jiwa/psikiater pertama Indonesia.

Penulis adalah wartawan senior

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya