Berita

Peristiwa penembakan yang mengintai Ronald Reagan 1981/Net

Histoire

Mengenang Presiden AS Ronald Reagan Yang Lolos Dari Peluru Maut Dan Lahirkan Reaganekonomik

JUMAT, 05 JUNI 2020 | 16:23 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Hari ini Amerika Serikat masih berjaga-jaga dari kemungkinan terburuk akibat aksi protes atas kematian George Floyd yang berujung kerusuhan masal yang mengerikan. Hari ini, ketika semua fokus terarah pada penanganan keamanan, 16 tahun yang lalu seorang presiden kesayangan dari negeri yang menyimpan permasalahan pelik terkait rasisme, wafat di samping istri dan anak-anaknya.

Presiden ke-40 Amerika Serikat ini mengembuskan napas terakhir di kediamannya di kawasan Bel Air, Los Angeles, California, Sabtu 5 Juni 2004. Ia meninggal dalam usia 93 tahun karena penyakit Alzheimer yang sudah 10 tahun diderita.

Beberapa hari sebelum kematiannya, kondisinya memang sudah memburuk.

Semasa kepemimpinannya, Reagan menghidupkan kembali sejumlah kebijakan konservatif yang mengubah wajah politik dan ekonomi Amerika Serikat di kemudian hari, sesuai dengan tema kampanye politik yang diusungnya, feel-good-ads yang maksudnya adalah kejayaan, keunggulan, dan kemakmuran bangsa Amerika.

Sebagai presiden, Reagan menerapkan inisiatif menyapu politik dan ekonomi baru. Sisi penawaran ekonomi, kebijakan ekonomi, Reaganekonomik, menganjurkan mengurangi tarif pajak untuk memacu pertumbuhan ekonomi, mengendalikan suplai uang untuk menurunkan inflasi, deregulasi ekonomi, dan mengurangi pengeluaran pemerintah. Itulah keberhasilan pria yang lahir di Illionois, 6 Februari 1911.

Reagen mengakhiri masa jabatannya dengan memandang puas pencapaian program inovatifnya yang dikenal sebagai Revolusi Reagan, yaitu menyegarkan kembali rakyat Amerika dan mengurangi ketergantungan pada pemerintah. Dia lega telah memenuhi janji kampanyenya pada tahun 1980. Itulah warisan terbesar Reagan.

Semasa kepemimpinannya, Amerika pernah menyerbu Tripoli dan Benghazi karena mencurigai pemimpin Libia Moammar Khadafy terlibat teroris. Reagan juga yang berperan besar menghentikan Perang Dingin dengan Uni Soviet dan bersahabat dengan Presiden Uni Soviet ketika itu, Mikhail Gorbachev. Ketika itu Reagan menyebutnya, sebagai "permulaan baru".
 
Keberhasilan pekerja keras ini bukan berarti ia tanpa musuh. Reagen yang menjabat pada 20 Januari 1981 – 20 Januari 1989, juga pernah menjadi sasaran para pembunuh.

Ketika itu 30 Maret 1981 atau 70 hari setelah resmi menghuni Gedung Putih, Reagen menjadi incaran percobaan pembunuhan. Politikus Partai Republik itu ditembak oleh seseorang bernama John Hinckley Junior pada 30 Maret 1981.
 
Ronald Reagan diberondong peluru di luar Hotel Hilton di Ibukota Washington usai memberikan pidato dalam rapat serikat buruh.

John Hinckley menyamar dengan berdiri di antara sekelompok wartawan di luar hotel. Hinckley menembak sebanyak enam kali ke arah sang presiden.
 
Tembakan tersebut mengenai dada dan bersarang hanya satu inchi dari jantungnya. Reagan dipapah menuju mobilnya untuk dilarikan ke rumah sakit terdekat. Beruntung, peluru berkaliber 22 milimeter (mm) itu tidak mengenai jantungnya.

Sementara itu, yang ada di sekitar Reagen seperti James Brady tertembak di bagian kepala dan mengalami luka serius; Timothy McCarthy tertembak di bagian samping tubuhnya; serta Thomas Delahaney tertembak di lehernya.

Reagan yang kala itu berusia 70 tahun masih sempat berjalan sendiri menuju bangsal Rumah Sakit George Washington University tanpa bantuan. Ketika sudah mendapatkan perawatan dan akan menjalani operasi pengangkatan peluru, Ronald masih sempat-sempatnya bercanda dengan sang istri, Nancy Reagan.

“Sayang, saya lupa mengatakan sesuatu. Tolong katakan kepadaku kamu adalah seorang Republiken,” kata Reagan, mengutip dari History, Kamis 30 Maret 2017.

Lima tahun setelah meninggalkan kursi presien, tepatnya November 1994, Reagen menderita Alzheimer tahap awal. Penyakit ini menghancurkan sel-sel otak dan belum ditemukan obatnya. Sepanjang 1994 hingga kematiannya pada 2004, Reagen hidup dengan Alzheimer.

Reagen meninggal pada 5 Juni 2004. Sang isteri meletakkan bendera pada peti jenazah Reagan yang dihiasi. Semua berduka atas kepergian sang mantan presiden yang memegang rekor sebagai presiden paling tua dalam sejarah Amerika.

Populer

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Daftar Bakal Calon Gubernur, Barry Simorangkir Bicara Smart City dan Kesehatan Untuk Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 22:04

Acara Lulus-Lulusan Pakai Atribut Bintang Kejora, Polisi Turun ke SMUN 2 Dogiyai

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:57

Konflik Kepentingan, Klub Presiden Sulit Diwujudkan

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:41

Lantamal VI Kirim Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Ketua MPR: Ditjen Bea Cukai, Perbaiki Kinerja dan Minimalkan Celah Pelanggaran!

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Anies: Yang Tidak Mendapatkan Amanah Berada di Luar Kabinet, Pakem Saya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:25

Ide Presidential Club Karena Prabowo Ingin Serap Pengalaman Presiden Terdahulu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:17

Ma’ruf Amin: Presidential Club Ide Bagus

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:09

Matangkan Persiapan Pilkada, Golkar Gelar Rakor Bacakada se-Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:04

Dua Kapal Patroli Baru Buatan Dalam Negeri Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:00

Selengkapnya