Berita

Suasana kuncian di Inggris/Net

Dunia

Relaksasi Saat Tingkat Infeksi Tinggi, Ahli: Inggris Harus Siap Hilang Kendali

MINGGU, 31 MEI 2020 | 08:07 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Inggris berisiko kehilangan kendali atas penanganan pandemik virus corona baru jika pemerintahnya tetap melakukan relaksasi. Para ahli bahkan mengatakan, Inggris akan berada di momen yang sangat berbahaya jika itu terjadi.

Empat anggota Scientific Advisory Group for Emergencies (SAGE) atau kelompok penasihat ilmiah untuk keadaan darurat Inggris memperingatkan, pencabutan kuncian yang prematur terlalu berisiko.

Bahkan masih berisiko walaupun pemerintah sudah meluncurkan sistem tracing dan tracking.

"Sistem tracing dan tracking hanya diluncurkan sehari sebelum kemarin, jadi kami tidak dapat memastikan itu berfungsi secara efektif," ujar anggota SAGE, John Edmunds dari London School of Hygiene and Tropical Medicine pada Sabtu (30/5).

"Saya pikir itu (relaksasi) agak berbahaya," tekannya seperti dilansir Reuters.

Dengan tingkat infeksi yang terjadi pada saat ini, Inggris, kata Edmunds, akan mengalami lebih banyak kasus dan kematian. Tiga anggota SAGE lainnya dan Walikota London, Sadiq Khan juga meng-iya-kan pernyataan tersebut.

Menurut Wakil Kepala Medis Inggris, Jonathan Van-Tam, relaksasi juga masih tetap berbahaya, karena sistem tracing dan tracking baru bisa berfungsi ketika warga mengikuti aturan.

Van-Tam mengatakan, lebih dari 50 anggota SAGE, yang termasuk ilmuwan, medis dan akademisi, memiliki pendapat yang berbeda. Tetapi mereka semua sepakat bahwa pelonggaran apapun harus sangat pelan-pelan dan sangat berhati-hati.

Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson sendiri dilaporkan akan mulai melakukan relaksasi pada Senin (1/6). Di mana pertemuan publik dengan maksimal enam orang sudah diizinkan. Sekolah dan tempat olaharaga juga mulai dibuka kembali.

Saat ini, Inggris sudah mengonfirmasi lebih dari 270 ribu kasus dengan lebih dari 38 ribu orang meninggal dunia. Meski Kantor Statistik Nasional dan sumber data lain menyebut, angka kematian yang diduga dan dikonfirmasi akibat Covid-19 sudah mencapai 48 ribu kasus.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya