Berita

CFO Huawei, Meng Wanzhou/Net

Dunia

Kalah Di Pengadilan Kanada, Bos Huawei Akan Diekstradisi Ke Amerika Serikat

KAMIS, 28 MEI 2020 | 09:37 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Kepala Keuangan perusahaan teknologi raksasa China, Huawei, Meng Wanzhou dinyatakan akan diekstradisi ke Amerika Serikat setelah tidak bisa membuktikan diri tidak bersalah.  

Seorang hakim Kanada pada Rabu (27/5) akhirnya memutuskan Meng diadili atas kriminalitas ganda sehingga tidak bisa bebas dan harus tinggal di Vancouver sebelum diekstradisi ke AS.  

"Persyaratan kriminalitas ganda untuk ekstradisi dapat dipenuhi dalam kasus ini," ujar Hakim Mahkamah Agung British Columbia, Heather Holmes saat membacakan putusan setebal 23 halaman.

"Karena itu aplikasi Saudari Meng ditolak," tambahnya seperti dilansir CNA.

Jaksa kemudian menuding Meng melakukan penipuan bank, yang dalam kasus ini melibatkan orang Amerika. Sehingga kasus Meng adalah kejahatan di Kanada dan AS.

Sementara Meng mendengar putusan dengan tenang, di luar gedung pengadilan, beberapa pengunjuk rasa melakukan aksi. Mereka memegang plakat bertuliskan "Extradite Meng Wanzhou", "Tidak ada Huawei di Kanada", dan "Kanada jangan biarkan China mengganggu kita".

Menanggapi keputusan tersebut, Kedutaan Besar China di Ottawa menuding AS berusaha untuk menjatuhkan Huawei dengan menjadikan Kanada sebagai "kaki tangan".

"Seluruh kasus ini sepenuhnya merupakan insiden politik yang serius," ujar kedutaan dalam sebuah pernyataan.

"Kami sekali lagi mendesak Kanada untuk mengambil posisi dan perhatian serius terhadap China, segera bebaskan Meng Wanzhou untuk memungkinkannya kembali dengan selamat ke China, dan tidak melangkah lebih jauh ke jalan yang salah," lanjutnya.

China memang sudah lama ingin merepatriasi Meng. Bahkan, China berusaha untuk melakukan pertukaran tahanan dengan dua orang Kanada yang ditahan atas dugaan spionase.

Meng sendiri diduga telah melakukan penipuan dengan berbohong kepada bank HSBC menganai hubungan Huawei dengan Skycom dari Iran untuk mendapatkan pinjaman dan kredit menilai hampir satu miliar dolar AS. Hal tersebut membuat HSBC berada dalam risiko pelanggaran sanksi AS.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Terobosan Baru, Jaringan 6G Punya Kecepatan hingga 100 Gbps

Selasa, 07 Mei 2024 | 12:05

172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah Serentak Gelar Aksi Bela Palestina Kutuk Israel

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:54

Usai Terapkan Aturan Baru, Barang Kiriman TKI yang Tertahan di Bea Cukai Bisa Diambil

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:37

MK Dalami Pemecatan 13 Panitia Pemilihan Distrik di Puncak Papua ke Bawaslu dan KPU

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:29

Tentara AS dan Pacarnya Ditahan Otoritas Rusia

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:18

Kuasa Pemohon dan Terkait Sama, Hakim Arsul: Derbi PHPU Seperti MU dan City

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:11

Duet PDIP-PSI Bisa Saja Usung Tri Risma-Grace Natalie di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:56

Bea Cukai Bantah Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:37

Pansel Belum Terbentuk, Yenti: Niat Memperkuat KPK Gak Sih?

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:35

Polri: Gembong Narkoba Fredy Pratama Kehabisan Modal

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:08

Selengkapnya