Berita

Ilustrasi Dahlan Iskan/Net

Dahlan Iskan

Angka Mati

SENIN, 18 MEI 2020 | 05:02 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

SAYA mengalami kesulitan untuk belajar lebih menjaga diri. Saya sebenarnya sangat mendambakan informasi jenis itu --yang juga akan bisa dipakai banyak orang untuk bersama-sama belajar menjaga diri.

Yakni informasi dari bagian kematian penanganan Covid-19. Misalnya: Siapa saja yang meninggal dunia itu? Yang sekarang jumlahnya sudah lebih 1.000 orang itu. Yang sangat penting: berapa persen dari yang meninggal itu punya penyakit apa sebelumnya? Bagaimana latar belakang kehidupan mereka? Berapa persen yang berumur berapa?

Demikian juga berapa persen yang terlalu gemuk. Berapa persen yang terlalu kurus?


Dan seterusnya.

Maka saya pun usul: bagaimana kalau ada pihak yang ditunjuk secara khusus. Untuk membuat tabulasi informasi yang sangat diperlukan itu.

Saya bisa memahami --meski tidak sepenuhnya-- kerahasiaan pasien Covid-19 selama ini. Tapi hak kita juga untuk mendapat informasi yang benar di sekitar itu.

Tentu semua data pasien ada di rumah sakit. Lengkap. Termasuk yang meninggal dunia. Khususnya data primer yang sangat diperlukan untuk publik.

Sudah waktunya lembaga yang menangani Covid-19 secara teratur mempublikasikan informasi primer itu. Toh tidak akan bertentangan dengan rahasia apa pun.

Data yang kita perlukan adalah: hanya angkanya. Tidak sampai ke soal nama atau alamat.

Dari angka-angka yang disiarkan selama ini kita tidak bisa belajar banyak. Kecuali menambah waswas. Ke depan masyarakat harus terus belajar. Terutama untuk menghadapi kehidupan normal-baru.

Kita juga tidak mendapat pelajaran banyak dari Tiongkok. Kecuali belajar manajemen penanganannya. Saya pun mahfum. Tiongkok adalah negara komunis yang tertutup. Di sana banyak hal dirahasiakan --meski belakangan sudah banyak berubah pula.

Kita mendapat lebih banyak informasi dari Amerika Serikat. Terutama dari New York. Bahwa kelompok yang lebih banyak terkena Covid adalah masyarakat kulit hitam. Bahwa yang banyak meninggal adalah orang di atas 60 tahun. Yang sebelum kena Covid memang sudah berpenyakit. Yang terbanyak adalah sakit jantung dan tekanan darah tinggi --dua penyakit yang masih punya hubungan kekerabatan.

Menurut data itu, mayoritas yang meninggal adalah yang sebelumnya sudah punya penyakit pernafasan. Dan gula darah.

Dan yang badannya sangat gemuk.

Tapi itu di Amerika Serikat. Kita memerlukan data yang dari Indonesia. Yang di sini tidak ada masyarakat kulit hitam --dalam jumlah yang nyata.

Kita perlu siap-siap hidup dengan normal-baru. Begitu pula kecenderungan seluruh dunia. Semua mengarah ke kehidupan normal-baru. Rupanya tidak ada yang kuat berlama-lama dalam kehidupan terkekang.

Itu berarti kita harus lebih bisa membawa diri. Belajar dari data yang ada. Tapi kita belum punya data itu. Belum diberi.

Data itu juga penting bagi daerah-daerah yang belum terlalu diserang Covid-19. Agar bupatinya bisa antisipasi. Untuk lebih memerhatikan warga yang rawan terkena Covid-19.

Pasar adalah salah satu wilayah rawan. Tapi adakah pengurus pasar peduli siapa saja pedagang di dalamnya? Dalam pengertian pedagang yang mana yang lebih rawan terserang Covid-19? Lalu harus diapakan sebelum terkena virus?

Menghadapi kehidupan normal-baru nanti, setiap kelompok bisa mengidentifikasikan diri lebih baik. Belajar dari data. Yang kemungkinan sedang disiapkan.

Kita memerlukan sistem komunikasi baru. Ceramah, imbauan, ancaman, adalah model komunikasi yang tidak menggairahkan.

Ahli komunikasi sudah harus ambil peran lebih ke depan.

Kita sudah mulai bosan dengan data yang tiap hari ditampilkan. Yang tidak banyak lagi mengandung arti. Nyawa sudah dianggap menjadi angka-angka.

Angka yang mati pula.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

Dituding Biang Kerok Banjir Sumatera, Saham Toba Pulp Digembok BEI

Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13

Kapolda Metro Jaya Kukuhkan 1.000 Nelayan Jadi Mitra Keamanan Laut Kepulauan Seribu

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56

OTT Jaksa di Banten: KPK Pastikan Sudah Berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49

Momen Ibu-Ibu Pengungsi Agam Nyanyikan Indonesia Raya Saat Ditengok Prabowo

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41

Pasar Kripto Bergolak: Investor Mulai Selektif dan Waspada

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31

Pimpinan KPK Benarkan Tangkap Oknum Jaksa dalam OTT di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21

Waspada Angin Kencang Berpotensi Terjang Perairan Jakarta

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02

DPR: Pembelian Kampung Haji harus Akuntabel

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01

Target Ekonomi 8 Persen Membutuhkan Kolaborasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58

Film TIMUR Sajikan Ketegangan Operasi Militer Prabowo Subianto di Papua

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48

Selengkapnya