Berita

Laut China Selatan/Net

Dunia

Gita Wirjawan: Perang Dingin AS Dan China Di Tengah Covid-19 Bisa Persulit Keadaan Laut China Selatan

SELASA, 12 MEI 2020 | 11:41 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Saat ini dunia tengah di hadapkan dengan suatu jenis Perang Dingin Baru antara dua kekuatan, Amerika Serikat dan China. Perseteruan keduanya juga diperburuk dengan kondisi pandemik Covod-19 yang tengah terjadi.

Dikatakan oleh pendiri Ancora Group, Gita Wirjawan, Perang Dingin antara AS dan China bisa mempersulit perdamaian di Laut China Selatan. Hal tersebut ia sampaikan dalam webinar "Armed Conflict in International Stage and Conflict Resolution" pada Selasa (12/5).

"Kita telah melihat meningkatnya ketegangan antara AS dan China serta antara negara-negara yang beraliansi dengan AS dan negara-negara yang beraliansi dengan China," ujar Gita.

Perang Dingin AS dan China sendiri sudah terbentuk dalam tiga hal, yaitu ekonomi, informasi, dan militer di Laut China Selatan.

Dengan begitu, Menteri Perdagangan era SBY tersebut mengaku pesimis jika perseteruan dua kekuatan dunia tersebut bisa berakhir segera, khususnya di tengah Covid-19. Ia juga mengatakan, hal tersebut mungkin bisa memperburuk keadaan di Laut China Selatan.

Semakin Agresif

Klaim sembilan garis putus yang dinyatakan China sangat tidak sesuai dnegan aturan internasional UNCLOS. Namun, di tengah Covid-19, China semakin agresif di Laut China Selatan. Beberapa waktu lalu, China bahkan telah mengumumkan kedaulatan di Laut China Selatan dengan mengklaim 25 pulau dan 55 punggung laut.

Gita mengatakan, dalam beberapa tahun mendatang, keagresifan China kemungkinan besar akan meningkat dan intensif.

Nasionalisme Meningkat

"Hingga beberapa tahun mendatang, nasionalisme akan semakin meningkat. Itu sebuah intuisi. Setiap negara akan fokus pada kebutuhannya masing-masing, memastikan agar rakyatnya sehat," ujar Gita.

Namun dengan meningkatnya nasionalisme, efektifitas dari organisasi internasional akan semakin menurun, termasuk ASEAN. Di mana beberapa negara anggotanya memiliki klaim atas Laut China Selatan. Sehingga, sulit untuk mencari perdamaian di Laut China Selatan di tengah meningkatnya nasionalisme.

Hal tersebut juga akan dimanfaatkan oleh China untuk kembali meningkatkan agresifitas.

AS sendiri tentu akan merespons hal tersebut mengingat Laut China Selatan adalah jalur paling penting bagi perdagangan internasional.

Populer

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Dandim Pinrang Raih Juara 2 Lomba Karya Jurnalistik yang Digelar Mabesad

Selasa, 30 April 2024 | 18:43

UPDATE

Jelang Laga Play-off, Shin Tae-yong Fokus Kebugaran Pemain

Rabu, 08 Mei 2024 | 07:54

Preseden Buruk, 3 Calon Anggota DPRD Kota Bandung Berstatus Tersangka

Rabu, 08 Mei 2024 | 07:40

Prof Romli: KPK Gagal Sejak Era Antasari, Diperburuk Kinerja Dewas

Rabu, 08 Mei 2024 | 07:15

Waspada Hujan Disertai Petir di Jakarta pada Malam Hari

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:28

Kemenag Minta Umat Tak Terprovokasi Keributan di Tangsel

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:23

Barikade 98: Indonesia Lawyers Club Lebih Menghibur daripada Presidential Club

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:20

Baznas Ungkap Kiat Sukses Pengumpulan ZIS-DSKL Ramadan 2024

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:01

Walkot Jakpus Ingatkan Warga Jaga Kerukunan Jelang Pilgub

Rabu, 08 Mei 2024 | 05:35

Banyak Fasos Fasum di Jakarta Rawan Diserobot

Rabu, 08 Mei 2024 | 05:19

Sopir Taksi Online Dianiaya Pengendara Mobil di Palembang

Rabu, 08 Mei 2024 | 05:15

Selengkapnya