Berita

Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly/Net

Politik

Program Kemenkumham Bikin Rakyat Rugi, Napi Untung, Dan Pemerintah Buntung

RABU, 06 MEI 2020 | 09:50 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Pembebasan puluhan ribu narapidana (Napi) lewat asimilasi sudah dilakukan Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly, dengan alasan pencegahan penyebaran virus corona baru atau Covid-19 kini menuai kritik.

Kebijakan ini kembali dipertanyakan urgensivitasnya oleh pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin.

Pasalnya, Ujang menilai tingkat kriminalitas meningkat beberapa waktu ke belakang ini. Karena itu, dia menganggap asimilasi banyak merugikan masyarakat, di tengah bencana non alam saat ini.

"Pemerintah dalam dilema. Napi tidak dikeluarkan, ada bahaya corona. Tapi ketika dikeluarkan sangat berbahaya karena masyarakat ketakutan dan kejahatan meningkat, rugi rakyat," ucap Ujang Komarudin saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (6/5).

"Jangan sampai masyarakat selamat dari corona. Tapi tidak selamat dari pembegalan dan perampokan," sambungnya.

Dari sisi Napi, Direktur Indonesia Political Review (IPR) ini menilai, para napi yang keluar dari hasil asimilasi tak punya pekerjaan. Tapi di sisi yang lain mereka beruntung bisa mencari pekerjaan ketika keluar.

"Tapi hanya ada dua pilihan bagi mereka. Bertaubat ke jalan kebenaran, atau nyari makan dengan melakukan perbuatan kriminal. Seperti menjambret, membegal, merampok, dan lain-lain," sebut Ujang Komarudin.

Terlebih lagi, lanjut Ujang, jika melihat dari sisi pemerintah. Menurutnya pemerintah sama sekali tidak mendapatkan keuntungan dari program asimilasi ini.

Sebaliknya, pemerintah justru buntung karena kepercayaan masyarakat mulai tergerus.

"Program asimilasi napi tersebut tak menguntungkan pemerintah. Dan sudah pasti menggerus kepercayaan masyarakat ke pemerintah," tuturnya.

"Apalagi kita tahu, Menkumham sering membuat kebijakan-kebijakan yang kontroversial sebelum-sebelumnya. Merugi iya," demikian Ujang Komarudin. 

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya