Berita

Petugas medis di Amerika Serikat/Net

Dunia

Terlambat Putus Akses Masuk Dari Eropa, AS Kehilangan Kesempatan Untuk Mencegah Penyebaran Virus Corona

MINGGU, 03 MEI 2020 | 06:52 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Pemerintah Amerika Serikat terlambat untuk memahami penyebaran virus corona baru dari Eropa yang bisa membantu menghentikan melonjaknya infeksi di negeri Paman Sam.

Dr. Anne Schuchat, pejabat kedua terpenting di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, mengungkapkan, pemerintah AS hanya melakukan pengujian terbatas dan terlambat menutup akses dari luar China yang berkontribusi dalam lonjakan kasus di dalam negeri.

Sebuah artikel yang ditulis oleh Schuchat dan dirilis CDC pada Jumat (1/5), terdapat rangkuman tanggapan pemerintah terkait dengan Covid-19 dalam beberapa bulan terakhir.


Di dalamnya juga diungkapkan bahwa CDC telah melewatkan peluang untuk memperlambat penyebaran virus.

Pada 31 Januari, Presiden Donald Trump mengumumkan larangan masuk bagi WNA yang sudah melakukan perjalanan ke China dalam 14 hari sebelumnya. Aturan itu mulai berlaku pada 2 Februari.

Namun dalam artikelnya, Schuchat mencatat ada hampir dua juta pelancong tiba di AS dari Italia dan negara-negara Eropa lainnya selama Februari. Pemerintah AS tidak memblokir perjalanan dari sana hingga 11 Maret.

"Perjalanan luas dari Eropa, begitu Eropa mengalami wabah, benar-benar mempercepat (kasus) impor kami dan penyebaran yang cepat," ujar Schuchat seperti dimuat CGTN

"Kurasa waktu peringatan perjalanan kita seharusnya lebih awal," tambahnya.

Ia juga mencatat ada lebih dari 100 orang yang berada di sembilan kapal pesiar Sungai Nil yang terpisah selama Februari hingga awal Maret datang ke AS dan dinyatakan positif terkena virus. Kluster itu menyumbang hampir dua kali lipat jumlah kasus AS yang diketahui pada waktu itu.

"Laporan ini tampaknya menantang gagasan bahwa larangan bepergian China pada akhir Januari sangat berperan dalam mengubah lintasan pandemi ini di Amerika Serikat," kata  Schuchat.

Dalam artikel itu, Schuchat juga mencatat efek ledakan dari beberapa pertemuan massa pada akhir Februari. Termasuk pertemuan ilmiah di Boston, perayaan Mardis Gras di New Orleans dan pemakaman di Albany, Georgia. Pertemuan-pertemuan terbukti melahirkan banyak kasus hingga pemerintah memutuskan untuk membatasi pertemuan massa pada pertengahan Maret.

Tapi Schuchat juga mencatat ada pemahaman publik yang berkembang tentang betapa buruknya wabah, serta perubahan dalam tindakan masyarakat, termasuk perintah tinggal di rumah yang diterima.

"Saya pikir kesediaan orang untuk menerima mitigasi sayangnya lebih besar setelah mereka melihat kerusakan yang dapat dilakukan oleh virus," katanya.

"Akan ada perdebatan tentang apakah kita sudah memulai lebih awal, atau apakah kita melangkah terlalu jauh terlalu cepat," imbuhnya.

Di sisi lain, CDC yang bertanggung jawab untuk mengenali, melacak, dan mencegah munculnya penyakit seperti Covid-19 juga tidak begitu terlihat selama wabah. Bahkan, pejabat Gedung Putih lah yang mengendalikan komunikasi di sebagian besar konferensi pers.

"Sejauh mana kehadiran CDC telah sangat berkurang. Ini adalah salah satu aspek yang paling mencolok dan terus terang membingungkan dari tanggapan pemerintah federal," ujar asisten profesor kebijakan kesehatan di Yale School of Public Health, Jason Schwartz.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya