Jubir Iran Seyed Abbas Mousavi/Net
Pemerintah Amerika Serikat (AS) menuduh Iran telah membantu pembangunan industri minyak Venezuela. Tuduhan itu disampaikan oleh Elliott Abrams, utusan terkemuka Amerika.
Abrams memang berupaya menggulingkan pemimpin sosialis Venezuela Nicolas Maduro.
Selain itu, sebagaimana diketahui, Trump telah menjatuhkan sanksi sepihak kepada Iran. AS menahan ekspor Iran yang bertujuan mengakhiri ekspor minyak dari Iran ke Venezuela.
Pemerintah Iran membantah tuduhan Amerika bahwa negara itu telah membantu Venezuela membangun kembali industri minyaknya. Menurut Teheran, tuduhan itu dirancang untuk meningkatkan tekanan dan mengganggu hubungan dagang kedua negara.
Tetapi Iran tidak menanggapi klaim tentang kiriman emas batangan sebanyak sembilan ton itu.
Kementerian Luar Negeri Iran dalam sebuah pernyataan mengatakan tuduhan Abrams tidak berdasar.
"Washington berusaha meningkatkan tekanan pada pemerintah Venezuela dan mengganggu perdagangan antara Iran dan Venezuela," kata kementerian itu yang disampaikan juru bicaranya, Seyed Abbas Mousavi, dikutip dari
Reuters, Sabtu (2/5)
"Kebijakan AS terhadap Venezuela termasuk sanksi ekonomi, ancaman militer dan dewan transisi baru-baru ini telah gagal," lanjut kementerian tersebut, seperti dikutip dari
France24, Sabtu (2/5).
Ekonomi Venezuela telah runtuh. Jutaan orang melarikan diri karena mereka kekurangan barang-barang kebutuhan pokok.
Iran juga mendapat pukulan dari sanksi AS setelah Trump menarik diri dari perjanjian nuklir dan menerapkannya kembali sanksi terhadap Teheran pada 2018.
Presiden Maduro telah bertahan lebih dari setahun melawan upaya pimpinan AS untuk menyingkirkannya. Pemimpin sosialis ini mampu mempertahankan kekuasaan karena mendapat dukungan militer Venezeula.
Sementara Iran telah berulang kali menyatakan dukungannya kepada Maduro dan tidak mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden yang mendeklarasikan diri setelah kalah pemilu.