Proses pemindahan Watu Ciblok/RMOLJateng
Proses penggeseran batu di dekat makam Adipati Lasem, Mbah Srimpet atau Tejakusuma I cukup menguras tenaga. Butuh tenaga dari 35 orang dan habiskan waktu 2 jam untuk bisa menggeser batu tersebut sejauh 2 meter.
Batu yang berada di komplek Masjid Jami Lasem itu tersebut adalah alas dari prasasti Perang Sabil. Dan bobotnya pun tidak ringan, diperkirakan mencapai 10 ton.
Pengelola perpustakaan Masjid Jami Lasem, Abdullah Hamid, menyebut batu itu terkenal dengan sebutan watu ciblok (batu jatuh).
Dulunya, batu berdiameter 2 meter diambil dari kaki gunung di Desa Sendangcoyo Kecamatan Lasem, Jawa Tengah, untuk difungsikan sebagai dasar atau tatakan bagi prasasti Perang Sabil, sekaligus mengenang jalur napak tilas Perang Sabil.
"Memang sengaja memakai batu alam," ungkap Abdullah Hamid, Kamis (30/4), dikutip
Kantor Berita RMOLJateng.
Untuk diketahui, Perang Sabil menjadi bagian sejarah penting Lasem. Karena kala itu, pada 1750 Masehi, Kyai Baidlowi menggelorakan semangat perjuangan melawan penjajah Belanda.
Sejak 2014, batu yang menjadi dasar prasasti berada di tengah pagar tembok makam Mbah Srimpet. Kebetulan saat ini sedang ada penataan. Tengah pagar tembok akan dijadikan pintu utama makam Mbah Srimpet, sehingga batu harus digeser sejauh 2 meter.
Toh, meski hanya dipindahkan 2 meter saja, butuh perjuangan keras dengan mengerahkan 35 orang untuk menggeser batu.
"Sebelum digeser ya diawali semacam
kulo nuwun dulu dan bersama-sama membaca surah Al Fatihah. Ramai sekali suasananya. Prasasti Perang Sabil ini sudah diabadikan oleh Badan Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta pada 2015 lalu, sebagai simbol nilai-nilai luhur bangsa," terang Abdullah Hamid.
Abdullah Hamid menambahkan, untuk menggeser batu itu butuh waktu sekitar 2 jam. Semula ditarik 5 orang, tapi tidak kuat. Kemudian ditambah menjadi 20 orang, tapi masih sama saja. Karena masih saja tidak kuat, akhirnya personel ditambah lagi hingga 35 orang.
Abdullah Hamid mengakui keberadaan batu raksasa tersebut sering mengundang perhatian masyarakat awam yang membaca prasasti Perang Sabil. Seiring dengan penataan kompleks Masjid Jami Lasem, diharapkan kelak dapat menambah khazanah sejarah di tempat tersebut.