Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus bisa membagi fokus dalam menyelamatkan jiwa masyarakatnya. Sebab, selain fokus menangani pandemik Covid-19, kasus demam berdarah dengue (DBD) juga butuh perhatian besar.
Hingga awal April 2020, kasus DBD di wilayah Jabar sudah dialami lebih dari 6 ribu orang. Dan telah mengakibatkan 33 orang meninggal dunia.
Hal tersebut terjadi karena sistem penanganan DBD berada dalam satu kesatuan akibat keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM).
Demikian keterangan yang diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, Berli Hamdani, Selasa (14/4).
“Total penderita DBD hingga bulan April 2020 sebanyak 6.259 kasus di seluruh Jawa Barat. Catatan detailnya, Januari 1.965 kasus, Februari 2.080 kasus, Maret 1.875 kasus, dan April minggu pertama 339 kasus,†papar Berli, dikutip
Kantor Berita RMOLJabar.Berli menerangkan, ada 33 total kasus kematian akibat DBD yang terjadi selama Januari hingga Maret 2020. Rinciannya, 20 kasus kematian pada Januari, 12 kasus di Februari, dan 1 kasus pada bulan Maret.
Pihaknya mengaku menyayangkan angka kematian akibat DBD telah mencapai puluhan kasus. Untuk itu, Berli meminta langkah proaktif dari masyarakat dalam membantu pencegahan DBD dengan menjaga kebersihan lingkungannya.
“Momen pembatasan sosial yang mengharuskan masyarakat diam di rumah bisa dimanfaatkan dengan memaksimalkan menjaga lingkungan. Kalau ada anggota keluarga yang demam, harus diwaspadai DBD selain Covid-19,†ucapnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil sempat meminta warga memberantas sarang nyamuk untuk mengantisipasi peningkatan DBD. Dirinya berharap kewaspadaan terhadap DBD jangan tertutup dengan pandemik Covid-19.
“Berita ini (DBD) kalah (dengan Covid-19) padahal fatality-nya (DBD) lebih tinggi (daripada Covid-19, red),†ujar Emil beberapa waktu lalu.