Berita

Noam Chomsky/Net

Dunia

Salahkan Sistem Neoliberal, Noam Chomsky: Pandemik Virus Corona Sebenarnya Bisa Dicegah

MINGGU, 05 APRIL 2020 | 10:22 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Krisis yang terjadi akibat pandemik virus corona baru sebenarnya bisa dicegah karena ada cukup informasi yang tersedia.

Demikian yang disampaikan oleh ahli politik dan bahasa, Noam Chomsky ketika berbicara mengenai pandemik Covid-19 di kediamannya pada 28 Maret.

"Pandemik virus corona ini bisa dicegah, informasi ada di sana untuk mencegahnya. Bahkan, itu sudah muncul dimana-mana. Pada Oktober 2019, tepat sebelum wabah, ada simulasi skala besar di Amerika Serikat, kemungkinan pandemik dari jenis ini," ujar Chomsky.

Ia merujuk pada simulasi Event 201 oleh Johns Hopkins Center for Health Security bersama dengan World Economic Forum dan Bill & Melinda Gates Foundation.

"Tidak ada yang dilakukan. Krisis itu kemudian diperburuk oleh pengkhianatan sistem politik yang tidak memperhatikan informasi yang mereka ketahui," tegas Chomsky, seperti yang dimuat Al Jazeera pada Minggu (5/4).

"Mengapa ada krisis virus corona? Ini kegagalan pasar yang sangat besar. Ini kembali ke esensi pasar yang diperburuk oleh intensifikasi neoliberal biadab dari masalah sosial-ekonomi yang mendalam," kata pria 91 tahun tersebut.

Dengan adanya pandemik ini, Chomsky mengatakan, orang saat ini mulai berpikir dunia seperti apa yang sebenanya diinginkan.

Karena, menurutnya, pandemik ini adalah hasil dari kegagalan neoliberal di mana seharusnya kemungkinan munculnya Covid-19 sudah bisa dideteksi dari modifikasi epidemi SARS, 15 tahun yang lalu.

"Pada saat itu, itu diatasi. Virus diidentifikasi, urutan vaksin tersedia. Laboratorium di seluruh dunia dapat bekerja saat itu untuk mengembangkan perlindungan terhadap potensi pandemi koronavirus. Mengapa mereka tidak melakukannya?" tanyanya.

"Sinyal pasar salah. Perusahaan obat. Kita telah menyerahkan nasib kita kepada tirani swasta yang disebut korporasi, yang tidak bertanggung jawab kepada publik, dalam hal ini, Big Pharma. Dan bagi mereka, membuat krim tubuh baru lebih menguntungkan daripada menemukan vaksin yang akan melindungi orang dari kehancuran total," tuturnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya