Berita

Robert Levinson pada 2011. Beberapa tahun setelah menghilang, keluarga mendapatkan foto ini/Net

Dunia

Belasan Tahun Hilang, Agen FBI Ini Ditemukan Meninggal Dalam Tahanan Di Iran

KAMIS, 26 MARET 2020 | 16:29 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kabar mengejutkan datang dari keluarga Robert Levinson, seorang agen FBI Amerika Serikat.

Salah satu anggota keluarga mengabarkan bahwa Robert Levinson, yang dikabarkan hilang sejak 2007, ternyata meninggal dalam tahanan Iran. Keluarga mengabarkan hal itu, kemarin Rabu (25/3), sekaligus mengungkapkan musnahnya 13 harapan akan keberadaan pria itu.  

Keluarga Levinson mendapat kabar duka itu dari para pejabat AS, namun tak dijelaskan kapan tepatnya pria itu meninggal.

"Kami baru-baru ini menerima informasi dari para pejabat AS, yang isinya menyimpulkan bahwa suami dan ayah kami yang luar biasa, meninggal saat berada dalam tahanan Iran," kata keluarga, mengutip AFP (26/3).

Tidak lama setelah keluarga Levinson mengeluarkan pengumuman itu, Presiden Donald Trump memberikan pernyataannya kepada para wartawan bahwa dia belum meyakini bahwa Levinson sudah meninggal. Pelaksana tugas direktur intelijen nasional Amerika sendiri telah mengonfirmasi berita tersebut dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Levin.

Levinson akan genap berusia 72 tahun bulan ini. Keluarga yakin, Levinson meninggal sebelum virus corona mewabah di Iran yang memaksa pihak berwenang membebaskan sementara ribuan tahanan.

Keluarga juga mengecam langkah AS yang tidak bertanggungjawab akan Levinson dengan tidak mengklasifikasikan Levinson sebagai sandera dan menyangkal korban bekerja untuk pemerintah.

Levinson menghilang pada 9 Maret 2007, ketika dia dijadwalkan untuk menemui seorang sumber di pulau Kish Iran. Selama bertahun-tahun, para pejabat Amerika hanya mengatakan bahwa Levinson bekerja secara independen dalam penyelidikan pribadi.

"Mereka yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Levinson, termasuk mereka yang berada di pemerintahan AS yang selama bertahun-tahun meninggalkannya, pada akhirnya akan menerima keadilan atas apa yang telah mereka lakukan," kata keluarga dengan amat sedih, mengutip The Guardian, Kamis (26/3). 

Levinson merupakan satu dari sejumlah warga AS yang hilang di tangan Iran. Namun berbeda dengan kasus lainnya, peristiwa yang dialami Levinson membingungkan.

Ayah tujuh anak itu dinyatakan hilang sejak Maret 2007 di Kish, sebuah pulau di Iran yang memiliki aturan izin masuk pendatang asing lebih longgar dibandingkan daerah lain.

Laporan menyebutkan, Levinson ditangkap terkait kasus pemalsuan rokok. Namun The Washington Post melaporkan pada 2013, setelah pensiun dari FBI, Levinson bekerja untuk CIA dan menjalankan misi mengumpulkan informasi intelijen tentang Iran.

Sebelumnya, sekitar Desember 2011, keluarga Levinson secara terbuka merilis video bukti bahwa Levinson masih hidup. Keluarga dapat mengatakan itu setelah menerima foto Levinson yang diikat rantai dan disandera. Dalam video itu Levinton berkata, "Saya telah diperlakukan dengan baik, tetapi saya membutuhkan bantuan pemerintah Amerika Serikat untuk menjawab permintaan dari kelompok yang telah menahan saya selama tiga setengah tahun. Dan tolong bantu saya pulang. Tiga puluh tiga tahun pelayanan ke Amerika Serikat layak mendapatkan sesuatu. Tolong bantu saya," melansir CNN.

Lalu pada 2012, FBI menyediakan hadiah sekitar Rp 13 miliar bagi siapa saja yang sanggup mengembalikan Levinson setelah lima tahun tak jelas kabarnya.

"Untuk menandai delapan tahun sejak Levinson hilang di Iran, kami perlu meningkatkan jumlah hadiah bagi siapa saja yang tahu keberadaannya dan mengembalikan dia kepada keluarganya dengan selamat," kata Direktur FBI James Comey ketika itu.

21 Maret 2017 - Keluarga Levinson mengajukan gugatan terhadap Iran dengan Pengadilan Distrik AS di Washington, DC. Mereka mengajukan gugatan di bawah Undang-Undang Kekebalan Negara Asing "untuk cedera yang diderita oleh masing-masing dari mereka sebagai akibat tindakan penyanderaan, penyiksaan dan gugatan lainnya yang melanggar hukum Iran."


Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya