Berita

Ilustrasi/Net

Kesehatan

Ahli Medis: Kita Dalam Kondisi Yang Tidak Normal, Pemerintah Harus Pastikan Siapa Yang Berhak Lakukan Rapid Test

SELASA, 24 MARET 2020 | 07:23 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Rapid test  merupakan uji tes deteksi virus corona yang dilakukan secara cepat untuk masyarakat secara massal. Dengan tes cepat ini bisa diketahui apakah seseorang terinfeksi dan akan terlihat jumlah kasus yang sebenarnya.

Spesialis Epidemiologi, dr. Dicky Budiman memberikan analisanya mengenai pelaksanaan rapid test. Menurutnya, testing itu sangat penting.

"Untuk memahami dan mendiagnosa pola atau kurva suatu pandemi atau epidemi, memang testing ini sangat penting dan sangat utama," jelas Dicky, dalam wawancara di salah satu televisi, Senin (23/3).

Tes juga harus akurat, tegasnya. Tes yang akurat tersebut bisa berpedoman pada ketentuan World Health Organization (WHO) atau Central Disease Center (CDC) di Amerika Serikat. Contohnya Korea Selatan yang bisa mencapai keakuratan jumlah kasus sampai 98 persen.

Pelaksanaan rapid test harus dilakukan pada orang yang tepat, bukan pada orang yang merasa memiliki hak istimewa.

"Kita dalam kondisi yang tidak normal, pemerintah harus melakukan regulasi yang sangat tegas, bahwa siapa yang berhak dan tepat untuk melakukan tes ini harus jelas," ujar Dicky.

Ia menyebutkan semakin banyak yang dites, maka akan semakin banyak jumlah penderita yang diketahui.  Jumlah tersebut akan membantu dalam menganalisa langkah-langkah preventif yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pandemi tersebut.

Ada sejumlah regulasi atau tahapan yang mengatur prosedur rapid test ini.

Apabila pengetesan tidak dilakukan dengan seksama dan dengan prosedur yang benar, maka dikhawatirkan akan menghasilkan diagnosa yang salah. Ditakutkan apabila muncul adanya hasil false negative (hasil negatif yang salah), padahal virus tersebut sudah ada di tubuh, orang yang menyangka dirinya sehat itu akan berinteraksi dengan orang lain sehingga virus makin menyebar.

Adapun masyarakat yang harus diperiksa adalah mereka yang memiliki gejala virus corona, seperti sesak napas, batuk kering, dan demam.

Riwayat penderita juga perlu diperhatikan, apakah mereka pernah bepergian ke luar negeri, ke daerah rawan virus, atau melakukan kontak dengan pasien positif virus corona.

Dokter memiliki peranan penting untuk menentukan perlu tidaknya seseorang di uji dengan rapid test.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

SPS Aceh Dinobatkan sebagai SPS Provinsi Terbaik 2024

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:53

Hari Ini Nasdem Muara Enim Buka Penjaringan Balon Bupati dan Wabup

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:36

Prof Sugianto Janjikan Netralitas ASN pada Pilkada 2024 kalau Ditunjuk jadi Pj Bupati

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:14

Teriakan "Ijeck Gubernur" Menggema di Syukuran Kosgoro 1957 Sumut

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:58

Dihiasi 2 Penalti, Bayern Vs Madrid Berakhir 2-2

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:46

Dai Kondang Ustaz Das'ad Latif Masuk Daftar Kandidat Nasdem untuk Pilwalkot Makassar

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:22

Jelang Pilkada, Pj Gubernur Jabar Minta Seluruh ASN Jaga Netralitas

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:58

Ekonomi Pakistan Semakin Buruk

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:37

Kader PKB Daftar sebagai Bacabup Aceh Besar lewat Demokrat

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:29

Ngaku Punya Program Palembang Bebas Banjir, Firmansyah Hadi Daftar di PDIP

Rabu, 01 Mei 2024 | 02:31

Selengkapnya