Berita

Ilustrasi virus/Net

Jaya Suprana

Peradaban Makan

SENIN, 23 MARET 2020 | 09:13 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

BERANEKA ragam tafsir pemikiran saling beda satu dengan lain-lainnya bermunculan akibat prahara virus corona yang telah dimaklumatkan oleh WHO sebagai pandemik global.

Asal Muasal


Satu di antara sekian banyak tafsir tentang virus corona adalah bahwa virus corona berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Dari Wuhan kemudian virus corona merambah ke luar Hubei, RRC untuk kemudian merajalela di seluruh pelosok planet bumi akibat perkembangan teknologi transport yang mampu secara cepat membawa manusia ke seluruh pelosok planet bumi.

Kemudian tanpa pandang-bulu virus corona menyerang setiap insan manusia yang kebetulan sedang memiliki daya tahan tubuh tidak terlalu kuat untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh virus corona.

Akibat masyarakat Wuhan dikenal bahkan tersohor gemar menikmati makanan yang terbuat dari hewan-hewan yang kurang lazim dimakan manusia di luar Wuhan, seperti ular dan kelalawar, maka timbul sebuah kesimpulan ilmiah mau pun tidak ilmiah bahwa virus corona berasal dari ular dan kelalawar.

Akibat daya mutasi yang sudah berkembang, sehingga mampu menular ke manusia, maka virus corona mulai menjangkit warga Wuhan untuk kemudian mewabah ke seluruh dunia.

Peradaban Makan

Di tengah segenap kecemasan menghadapi angkara murka virus corona yang disepakati berasal dari Wuhan, tidak ada salahnya kita menyimak saran peradaban makan yang disampaikan oleh penyayang binatang, pembina seni tari dan pelaku hidrofonik, Aylawati Sarwono sebagai berikut:

“Setelah menyaksikan keganasan virus corona, seharusnya manusia mengubah gaya hidupnya. Apa susahnya makan makanan yang biasa-biasa saja. Yang wajar-wajar saja. Seberapa enaknya makan kelelawar, ular, anjing, kucing, monyet, beruang dan lain-lain, dan sebagainya, dan seterusnya? Semua binatang itu bukan untuk dimakan manusia beradab! Maka sekarang binatang-binatang itu balas dendam terhadap manusia.”

Pada hakikatnya, saran Aylawati Sarwono selaras dengan saran masyarakat vegetarian agar manusia tidak makan binatang, sebab binatang memang lebih berperan sebagai sumber penyakit ketimbang tanaman.

Penulis tidak makan anjing, kucing, ular, kelalawar dan lain-lain, dan sebagainya, dan seterusnya, namun sementara ini masih sulit untuk menjadi vegetarian

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya