Berita

Coretan Sketsa Pelaku di Buku Tulisnya/Net

Hukum

Kasus Pembunuhan Sadis Oleh Remaja N, Psikolog: Ini Tidak Semata Masalah Perilaku Tapi Juga Masalah Otak

SENIN, 09 MARET 2020 | 06:54 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kasus pembunuhan yang dilakukan remaja N (15 tahun) terhadap seorang korban bocah berusia 5 tahun, menggegerkan publik. Pembunuhan yang dilakukan N cukup sadis dan brutal. Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menilai, aparat kepolisian perlu melakukan pendalaman kejiwaan pelaku.  

“Kalau bicara tentang kondisi psikologis pelaku, tentu kepolisian harus melakukan penyelidikan tentang itu,” ujar Reza dalam tayangan televisi talkshow Kompas, Minggu (8/3).  

“Apa yang bisa kita pahami tentang anak-anak yang sedemikian belia melakukan tindakan yang brutal, seolah tidak cukup bagi yang bersangkutan untuk mencabut nyawa manusia, tapi harus disertai dengan penganiayaan sedemikian rupa,” lanjutnya.

Menurut Reza, tidak bisa masyarakat mengatakan hal ini hanya terkait dengan satu faktor saja. Pasti ada faktor yang majemuk. Faktor dalam yaitu disposisi, dan faktor lingkungan yaitu faktor situasi.

Sejak tahun 60-an sudah ada riset tentang apa yang kita tonton, apa yang kita baca, apa yang kita dengar, bisa mempengaruhi pembentukan perilaku kita. Dengan kata lain, perilaku manusia kemungkinan hasil dari proses peniruan teori belajar sosial, yaitu faktor situasi faktor disposisi.

“Ketika diketahui ada seorang pelaku kejahatan yang amat sangat brutal, amat sangat dingin sekali, boleh jadi ada kemungkinan bahwa ini tidak semata-mata masalah perilaku, tapi ada masalah otak yang seolah-olah dari sononya memang sudah berbeda dengan kebanyakan orang,” terang Kepala Bidang Pemantauan dan Kajian Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini.

Faktor disposisi,  faktor genetik, fungsi kerja otak, susunan otak sedemikian rupa, ternyata amat dominan mempengaruhi perilaku manusia.

Ia juga melihat, ada empat kondisi yang mewarnai tindakan sadis pelajar SMP tersebut, yakni impulsivity, aggression, manipulativeness dan defiant. Empat kondisi tersebut menjadi tantangan bagi penyidik untuk mengungkap apakah jawaban pelaku adalah benar-benar nyata atau fabrikasi belaka.

Reza juga  menyoroti inisiatif pelaku yang datang sendiri menyerahkan diri ke polisi. Menurutnya, itu perlu ditelisik apakah tindakannya tersebut karena dilandasi penyesalan atau dia sedang mengikuti aturan agar nantinya bisa dia manfaatkan.

Dia mengatakan, studi kekinian di bidang psikologi dan neuroscience justru memandang, anak dengan tabiat callous unemotional (sebutan yang lebih lazim bagi anak-anak berkepribadian psikopat) tidak layak dihukum seperti para pelaku dewasa yang melakukan pembunuhan 'biasa'.

Program rehabilitasi psikis dan sosial pun, tegas dia, belum ada yang benar-benar memberikan faedah positif untuk kasus seperti dilakukan remaja tersebut.

Sebelumnya, Kantor Berita Politik RMOL telah menuliskan kasus pembunuhan yang dilakukan remaja N yang melakukan pembunuhan secara sadis. Korban ditenggelamkan di bak mandi berkali-kali dengan mulut dicolok, lalu mayatnya dibungkus kain dan disimpan di dalam lemari. N adalah siswi yang pandai di sekolahnya. Dia pernah kedapatan menyiksa binatang dan sering membuat sketsa gambar-gambar yang mengerikan di buku tulisnya.

Dari sekian sketsa yang mengerikan, N juga sering membuat tokoh Slenderman. Slenderman adalah karakter fiksi yang berasal dari meme internet. Selenderman atau Slender Man dikenal sebagai sosok yang suka menculik atau melukai orang, terutama anak-anak.

N membuat pengakuan kepada polisi bahwa dia telah membunuh bocah 5 tahun. Di depan polisi N mengaku tidak menyesal dan malah merasa puas.

Kasus ini banyak disoroti sebagai kasus psikopat.  

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya