Taiwan adalah contoh bagaimana sebuah pemerintah dapat cepat tanggap menangani krisis. Belajar dari pengalaman, Taiwan pada akhirnya berhasil untuk menahan wabah virus corona baru (Covid-19) menyebar.
Demikian yang dikatakan oleh seorang profesor pediatri dari Stanford Medicine California, Jason Wang kepada Telegraph pada Jumat (6/3).
Meski hanya terletak 81 mil dari lepas pantai China daratan, meski lebih dari 800 ribu warganya tinggal di sana, meski ratusan perjalanan bisnis dan pariwisata terhubung, Taiwan tetap berhasil menekan infeksi menjadi hanya 44 kasus.
Di sisi lain, Jepang dan Korea Selatan saja mengalami ribuan infeksi. Namun, Taiwan yang merupakan sebuah pulau berpenduduk 23 juta jiwa berhasil menahan virus melalui intervensi awal dan strategi yang bahkan diikuti oleh Inggris.
Sejak akhir Desember, Taiwan memang sudah merasakan sinyal bahaya dengan adanya rumor penyakit pernapasan baru yang muncul di Kota Wuhan. Alhasil, pemerintah Taiwan mulai memeriksa kesehatan para penumpang yang berasal dari China.
Taiwan juga mulai memblokir penerbangan dari China dan mengkarantina orang yang terinfeksi sebelum negara-negara lainnya melakukan hal yang sama. Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan juga terus mengeluarkan pembaruan harian dan peringatan rutin terkait corona.
Bahkan, pemerintah juga terbukti berhasil dalam menangani situasi pasar akibat permintaan masker berlebih.
Ini semua dikatakan Wang adalah sebagai sebuah bentuk pembelajaran dari masa lalu. Pasalnya, Taiwan pernah mengalami mimpi buruk akibat wabah SARS yang melanda pada 2003.
Ketergantungan pada China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada saat itu membuat Taiwan menjadi lebih independen.
"Setelah SARS, mereka sudah bersiap untuk (epidemi) berikutnya," ujar Wang.
"Pembentukan pusat komando kesehatan nasional sangat penting. Ini seperti komplek kecil di mana semua informasi berasal dari pemerintah daerah dan pusat dan semuanya terintegrasi. Anda mendapatkan data, memprosesnya, dan kemudian anda dapat memberi tahu orang lain apa yang sedang terjadi," lanjutnya.
Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Journal of American Medical Association bersama seorang profesor kedokteran bernama Robert Brook, Wang menyoroti bagimana Taiwan bisa menggunakan big data, teknologi baru, dan pengujian proaktif pasien.
“Melalui pengakuan awal terhadap krisis, pengarahan harian kepada publik, dan pesan kesehatan sederhana, pemerintah dapat meyakinkan masyarakat dengan memberikan informasi yang tepat waktu, akurat, dan transparan mengenai epidemi yang berkembang,†mereka menyimpulkan.
"Taiwan adalah contoh bagaimana masyarakat dapat merespons dengan cepat terhadap krisis dan melindungi kepentingan warganya," sambung keduanya.