Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Menguji Corona Dan Jiwasraya

MINGGU, 01 MARET 2020 | 19:32 WIB | OLEH: FARID GABAN

SALAH satu kemungkinan mengapa sampai sekarang kita negatif corona adalah metodologi pengujiannya.

Pemerintah mengklaim pengujian corona di laboratorium sudah sesuai prosedur standar WHO. Klaim itu sulit dibantah, dan baiknya kita terima saja.

Tapi, bagaimana dengan sampel/spesimen yang diuji: bagaimana diambil dan seberapa banyak.

Pengujian corona meliputi antara lain pengambilan sampel air liur/cairan tenggorokan suspect (orang yg diduga terjangkit). Sampel itu kemudian diuji secara DNA menggunakan reagen/senyawa kimia.

Indonesia menguji terlalu sedikit sampel: hanya 140-an selama dua bulan (Januari-Februari). Negara lain menguji ratusan, bahkan ada yang ribuan, sampel setiap hari!

Negara kecil Skotlandia, yang berpenduduk 5 juta orang, memeriksa 650 spesimen dua bulan terakhir. Jumlah itu lebih banyak dari Indonesia yang berpenduduk 270 juta orang.

Nampak bahwa Indonesia sangat "berhemat" dalam memilih sampel. Penjaringan terhadap suspect terlalu longgar (bandingkan screening bandara-bandara kita dari negeri lain), antara lain karena kebijakan ramah turis.

Alasan lain dari penghematan itu adalah uang.

Seorang pejabat tinggi Kemenkes bulan lalu mengeluh: "harga reagen (kimia penguji virus) sangat mahal, milyaran rupiah."

Jika benar Pemerintah indonesia tak punya uang untuk menyempurnakan pengujian corona, yang menentukan nasib jutaan orang, alangkah malangnya kita.

Dan tragis, di tengah pesta pora para oligark menjarah puluhan trilyun rupiah uang BUMN seperti Jiwasraya, Asabri, Taspen.

Korupsi membunuhmu.

Penulis adalah wartawan senior


Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya