Berita

llustrasi/Net

Muhammad Najib

Menyikapi Hasil Pembaruan Pemikiran Islam Di Al Azhar

MINGGU, 01 MARET 2020 | 00:17 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

TAJDID atau pembaharuan pemahaman akan nilai-nilai Islam khususnya terkait dengan bidang muamalah (bukan ibadah) telah disepakati dan didukung baik oleh para ulama terkemuka maupun ormas-ormas Islam besar di tanah air.

Kenyataan ini perlu kita syukuri, dan perlu kita jaga keberlanjutannya. Sehingga masyarakat Indonesia akan terus menikmati rahmat dari Ummat Islam dan Indonesia tetap berada di depan dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Penyegaran atau reinterpretasi pemahaman keagamaan tentu tidak terhindarkan, agar ia tetap relevan dan berdayaguna kepada lingkungan fisik dan sosial yang terus berubah. Baik karena kemajuan sains, teknologi, maupun ekonomi.

Karena perubahan kehidupan ummat manusia terkait dengan bidang sosial, politik, hukum, ekonomi, budaya, dan sebagainya adalah sebuah keniscayaan yang memerlukan panduan nilai-nilai agama. Agar semua perubahan yang terjadi membawa kemaslahatan bagi seluruh ummat manusia.

Dengan menggunakan perspektif ini, maka bertemunya para tokoh Islam yang berlatar belakang berbagai ilmu dari 46 negara yang berusaha untuk melakukan tajdid atau penyegaran pemahaman Islam, untuk merespons perkembangan mutakhir baik yang terjadi di dunia Islam maupun masyarakat global pada umumnya, patut mendapatkan apresiasi.

Bila ditelaah secara seksama, maka sayang sekali 29 butir rekomendasi dari pertemuan dua hari (27-28 Januari 2020) di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, tampak lebih bersifat reaktif dibanding substantif.

Kepentingan politik negara tertentu terasa lebih pekat dibanding upaya untuk menemukan jalan keluar atas persoalan yang melilit ummat Islam di seluruh dunia saat ini. Atau bagaimana menemukan jawaban atau jalan agar ummat Islam dapat mengejar ketertinggalannya atas umma lain di bidang ekonomi, politik, militer, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Bagaimana menyelesaikan pertikaian di antara negara-negara Muslim, dan bagaimana membela minoritas Muslim yang ditindas di berbagai negara, praktis tidak disinggung sama sekali.

Mungkin karena faktor ini yang mengakibatkan, meskipun konferensi serupa telah dilakukan berulang-ulang selama puluhan tahun, tidak membuat Mesir menjadi negara maju, modern, dan makmur.

Bila dibanding dengan Qatar, maka Mesir tertinggal jauh. Dalam hal media modern Qatar memiliki Al Jazeera yang sudah mengalahkan BBC milik Inggris atau CNN milik Amerika.

Qatar juga memiliki Qatar Airways yang di dunia penerbangan sudah menjadi salah satu penerbangan terbaik di dunia. Mengalahkan maskapai milik Amerika, Prancis, Jerman, Inggris, atau negara Eropa manapun.

Kini Qatar memiliki kesebelasan terbaik di Asia, dan cabang olah raga yang lain berkembang sangat pesat, meskipun negaranya kecil dan penduduknya sedikit. Sebaliknya Mesir yang memiliki negara besar dengan penduduk terpadat di dunia Arab termasuk negara yang tidak unggul dalam bidang olahraga apa pun.

Di bidang lain, Qatar juga sangat maju dalam ikhtiarnya membantu banyak negara Muslim yang tertindas seperti Palestina, mengakurkan sejumlah negara Arab yang bertikai, memediasi sejumlah negara Muslim yang bertikai seperti Afghanistan, Libia, Sudan, dan Aljazair. Apakah semua yang dilakukan Qatar tidak bisa dikatakan bagian dari Tajdid?

Bisa saja orang mengatakan, semua ini berkat kekayaan yang dimilikinya yang bersumber dari minyak dan gas.

Kalau demikian adanya, kenapa Arab Saudi yang lebih dahulu menemukan minyak dan gas, dan punya cadangan yang lebih besar tidak semaju dan semakmur Qatar? Atau mungkin persoalannya terletak pada, jika orang Mesir lebih banyak berbicara, orang Qatar lebih banyak berbuat.

Untuk memberikan perspektif lain, kita bisa merujuk pada pengalaman Indonesia. Tokoh-tokoh Islam telah melakukan ijtihad politik dalam meletakkan dasar negara modern pascakemerdekaan, dengan tetap berpijak pada nilai-nilai Islam yang kemudian melahirkan Pancasila.

Pancasila bukan hanya diterima oleh Ummat Islam, akan tetapi juga diterima oleh semua penganut agama. Apakah ini bukan merupakan bagian dari Tajdid dalam kehidupan bernegara?

Menurut Azyumardi Azra, gerakkan tajdid dalam berbagai bentuknya tidak pernah berhenti di tanah air. Muhammadiyah, NU, dan sejumlah ormas Islam terus bergerak melakukan tajdid di bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan, ekonomi, dan budaya.

Yang paling mutakhir dilakukan oleh ICMI dalam bidang sains, teknologi, industri, perbankan, dan asuransi.

Kalau demikian adanya, apakah sudah waktunya kita lebih banyak berbicara dibanding mendengar? Lebih aktif memberi contoh dibanding meniru? Wallahualam.

Dr. Muhammad Najib

Pengamat Politik Islam dan Demokrasi

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya