Berita

Tiga tersangka susur sungai SMPN 1 Turi yang digunduli/Net

Hukum

Pakar Hukum Pidana: Menggunduli Guru Yang Masih Berstatus Tersangka Itu Keterlaluan Dan Melanggar HAM

KAMIS, 27 FEBRUARI 2020 | 05:42 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Kasus susur sungai siswa SMPN 1 Turi masih terus menjadi sorotan publik. Setelah tragedi yang menelan 10 korban jiwa, kini msyarakat disuguhkan dengan penampakan tiga tersangka dalam keadaan gundul.

Sontak, hal ini pun menuai kecaman dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan masyarakat.

Menurut pandangan Pakar Hukum Pidana dari Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar, perlakuan kepada tersangka IYA, R, dan DDS tak bisa dibenarkan.


"Ini perbuatan yang keterlaluan menempatkan guru-guru yang menjadi tersangka karena kelalaiannya, sebagai kriminal yang dipaksa digunduli. Ini jelas telah melanggar HAM para guru yang statusnya baru sebagai tersangka yang dilindungi asas praduga tak bersalah," kata Abdul Fickar Hadjar kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (27/2).

Asas praduga tak bersalah yang seharusnya dipegang teguh seakan bertolak belakang dengan perlakuan yang diperlihatkan oleh aparat kepolisian Polres Sleman kepada para tersangka.

Sebab menurutnya, penggundulan tersebut sudah masuk ke dalam bagian penghukuman lantaran dipajang di depan umum.

"Ini sudah penghukuman, polisi sebagai penyidik tidak punya hak untuk melakukan itu. Ini menjatuhkan martabat dan penghinaan terhadap profesi guru," tegasnya.

Atas dasar itu, ia meminta kepada jajaran kepolisian untuk menelusuri kemungkinan dugaan kesengajaan perbuatan menggunduli para tersangka. Jika benar ada unsur kesengajaan yang tidak dikehendaki para tersangka, maka oknum kepolisian yang menangani perlu ditindak.

"Oknum yang melakukan (menggunduli tersangka) harus ditindak secara hukum. Karena sudah bertindak berlebihan dan merugikan, tidak hanya orang, tapi juga profesinya," tandasnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya